Selasa, 15 Desember 2015

Sejarah Turun dan Penulisan Al Qur'an


Sejarah Turun dan Penulisan Al Qur'an


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Allah menurunkan Qur’an kepada Rasul kita Muhammad Saw untu memberi petunjuk kepada manusia. Qur’an ini merupakan pedoman manusia agar selamat di dunia maupun di akhirat. Al-Qur’an telah kita bahwa diturunkan kepada nabi Muhammad pada abad ke 7. Namun banyak dari pengikut nabi Muhammad di muka bumi ini yang tidak mengetahui bagaimana Al-Qur’an diturunkan ke muka bumi hingga penulisan qur’an yan lebih dikenal dengan mushaf al-qur’an. Maka dari itu hal tersebut yang melatar belakangi pada penulisan makalah ini dengan tema “Sejarah Turun dan Penulisan Al-Qur’an” semoga dengan ini pengikut nabi Muhammad Saw memahami akan turun dan penulisan al-quran.

1.2.Rumusan Masalah
Makalah ini telah disusun dengan berbagai rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian turunnya al-qur’an?
2.      Bagaimana  sejarah dan proses turunnya al-qur’an?
3.      Bagaimana perkembangan penulisan al-qur’an?

1.3.Tujuan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah adalah :
1.      Agar umat islam mengerti makna turunnya al-quran
2.      Supaya umat islam mengetahui sejarah serta proses turunnya al-qur’an
3.      Agar umat islam mengetahui perkembangan penulisan al-quran

BAB II
PEMBAHASAN
2.1         PENGERTIAN TURUNNYA AL-QUR’AN
Menurut Jumhurul Ulama’  arti  Nuzulul Qur’an itu secara hakiki tidak cocok untuk Al-Qur’an sebagai kalam Allah yang berada pada dzat-Nya. Sebab , dengan memakai ungkapan “diturunkan” menghendaki adanya materi kalimat atau lafal atau tulisan huruf yang riel yang harus diturunkan. Karena itu harus menggunakan arti majazi, yaitu menetapkan / memantapkan / memberitahukan /menyampaikan Al-Qur’an, baik di sampaikan Al-Qur’an itu ke Lauhil Mahfudz atau ke Baitul Izzah di langit dunia, maupun kepada Nabi Muhammad SAW.  
2.2    PROSES TURUNNYA AL-QUR’AN
Al-qur’an sebagai petunjuk dapat dikatakan seperti mercusuar bagi nelyan,ia menkadi pedoman dari kesesatannya ia merupakan kalam mulia yang diperdengarkan kepada seluruh makhluk dilangit dan dibumi. Maka turunnya al-qur’an di guha hiro pada malam lailatul qodar membuat para malaikuat terkesima dan bersyukur atas kemuliaan nabi muhammad yang dimuliakan Allah dengan risalah yang terakhir ini untuk menjadi sebaik-baiknya umat dimuka bumi ini “kemudian kami wariskan sebuah kitab kepada hamba-hamba kami yang telah terpilih”. (QS.Fathir: 32) kemudian ayat bereikutnya turun secara terpisah,berbeda dengan turunnya kitab-kitab samawi yang lain,dan turunya ayat tersebut begitu berat dan mengejutkan nabi. Dan mulailah fajar pagi menyingsing dengan risalah dimana rahasia-rahasia kebenaran Allah diwujudkan.
            Dan Rosullulah tidak menerima risalah ini turun sekaligus tetapi secara berangsur-angsur dan tanpa paksaan sehingga umatnya dapat memperbaiki sikap dan prilaku  merek yang tidak benar, akan tetapi timbul dari rasa kesadaran hati nuraninya. Maka Al-qur’an berfungsi penetapan dalam hati nabi, sebagai hiburan bagi nya melalaui peristiwa kejadian-kejadian sehingga sempuna risalah islam,dan sempurna  nikmat yang diberikan allah keada umat nabi Muhammad Saw.
A.    Masa Turunnya Al-Qur’an
            Penjelasan tentang turunnya Al-qur’an dapat kita temukan dalam surat al-baqoroh : 184 dan surat al-hajr : 9 serta ad-dhukan ; 3, keseluruhan ayat tersebut sama sekali  tidak memiliki pertentangan . Al-qur’an diturunkan pada malam yang penuh barokah yaitu pada malam Lailatul qodar . Yang menjadi perselisihan pendapat ialah turunya Al-qur’an dalam setiap kejiadian dimana al-qur’an diturunkan secara berangsur-angsur sealama 23 tahun.
            Ada tiga pendapat mengenai pola turunnya wahyu :
1.Petama : Madzhab ibnu abbas dan jamaah serta diikuti oleh jumhur ulama-bahwa maksud nuzulul qur’an dalam tiga ayat di atas ialah turunnya sekaligus di baitul izzah dari langit dunia untuk mengagungkannya, kemudian setelah itu turun berangsur-angsur kepada Rosullah dalam 23 tahunsesui dengan  peristiwa-pristiwa yang terjadi sejak kerasulan beliau di Makkah selama 13 tahun dan di Madinah selama 10 tahun. Alasannya mereka menginterpetasikan QS. Al-baqoroh  184. Ad-dukhan ; 3 dan al-qadar ; 1.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى  لِلنَّاسِ وَ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan buan yang didalamnya diturunkanal-qur’an sebagai petunjuk bagi manusa dan penjelasan-penjelasan menegenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil (QS. Al-baqoroh : 184)
Diriwayatkan oleh ibnu abbas ia berkata : “bahwa Rosulullah ditulis sebagai Rosul diutus sebagai Rosul SAW pada umur epat puluh tahun,kemudian ia tinggal di mekkah tigabelas tahun dan dapat wahyu dari Allah,krmudian ia diperintahkan hijrah selama sepuluh tahun,kemudian beliau wafat dalam usia enam puluh tiga tahun.(HR.Bukhari)
2. Kedua : madzhab as-syabi, bahwa maksud turunnya al-qur’an dalam tiga ayat tersebut yaitu awal turunnya ayat tersebut kepada  Rosulluah seperti telah kita ketahui bahawa turunnya ayat al-qur’an pertama kali pada malam laiatul qodar yang terdapat pada bulan ramadhan. Secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa da kejadia-kejadian selama 23 tahun.
وَقُرْءَانًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَ نَزَّلْنَاهُ تَنْزِيْلًا
“Dan qur’an telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bgaian (QS. Al-Isro:106)
3. ketiga : madzhab mufasir mereka berpendapat bahwasanya al-qur’an diturunkan kebumi pada malam ke 23 lailatul qodar (atau 20,25, sesuai dengan pendapat tinggalnya beliau dimekah) setiap malam itu diturunkan ayat-ayat yang telah diturunkan Allah setiap tahunnya. Dan ketentuan ini turun setiap lailatul qodar ke bumi untuk satu tahun penuh lalu turun berangsur-angsur kepada Rosulluah setiap tahunnya. Mazhab ini adalah ijtihad para mufassir, dan tidak ada dalil naqli yang dipakai dalam madzhab ini.
Alasan madzhab musafir sesuai dengan dalil yang diriwayatkan oleh assabi baik kesohehan nya maupun ketetapan nya yang dapat diterima tidak bertentangan  dengan madzhab ibnu abbas menurut syekh Mannaa’al-qattan bahwa al-quran turun dalam dua masa :
a.       Turunnya al-qur’an secara keseluruhan pada malam laiatul qodar di baitul izzah dari atasa langit bumi.
b.      Turun nya al-qur’an dari atas langit dunia kebumi secara terpisah dalam 23 tahun lamanya
Qurtubi telah memindahkan dari muka thil bin hayyan kisah tentang kesepakatan pandangan dalam turunya al-qur’an sekaligus dalam satu waktu dari lauhul mahfud ke baitil izzah dilangit duania. Sedangkan ibnu abbas menafikan adanya pertentangan tiga yat tersebut dalam turunnya al-qur’an, kenyataan yang dapat diketahui semasa hidup rosulullah dengan turunnya al-qur’an selama 23 tahun selain bulan ramadhon.
B.     Al-Qur’an Turun Secara Berangsur-angsur
            Banya sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa al-qur’an ialah kalam Allah dengan bahasa arab dan jibril menurunkan nya kedalam hati rosulullah dan bahwa turunnya al-qur’an bukan lah turun secara berangsur-angsur  dan lafadz tanziel menunjukan turunnya secara berangsur-angsur berveda dengan lafa inzaal yang artinya turun sekaligus. Para ahli bhasa membedakan antara pengertian dua lafadz tersebut tanziel ialah suatu yang diturunkan secara terpisah, sedangkan inzaal sifatnya lebih umum.
            Diantaranya ialah Allah SWT berfirman dalam surat assuroh ayat 192 sampe 195,an-nahel ayat 102, al-jatsiah ayat 2 al-baqoroh ayat 23 dan al-baqoroh ayat 97.
وَاِنَّهُ لَتَنْزِيْلُ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (192) نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْأَمِيْنُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُنْذِرِيْنَ (194) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِيْنٍ (195)
“Yang memberi peringatan dengan bahasa arab kebawa kesini  dan qur’an ini benar-benar diturunkan oleh tuhan semesta alam,dia dibawa turun oleh ar-ruhul amin (jibril) kedalam hati mu (muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memeberi peringatan,dengan bahasa arab yang jelas (QS.as-syuaro : 192-195)
            Al-qur’an telah turun secara berangsur-angsur selama 23 diantara nya adalah 13 tahun dan 10 tahun dimadinah. Nash al-qur’an yang menunjukan hak ini adalah qur’an surat al-isroo ayat 106.
وَقُرْءَانًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَ نَزَّلْنَاهُ تَنْزِيْلًا
Maksudnya kami (Allah) jadikan turunya al-qur’an tersebut terpisah-pish agar engkau (muhammad) memebacakan nya pada umat manusia tidak tergesa-gesa dan menetapkannya dalam dada mereka, dan kami (Allah) turunkan al-quran seiring dengan peristiwa dan kejadian-kejadianya.
2.3    DESKRIPSI PENULISAN ALQUR’AN
Salah satu yang sangat di banggakan umat islam dari dahulu hingga saat ini adalah koentetikan alqur’an yang merupakan warisan islam terpenting dan paling berharga. Meskipun mushaf yang kita kenal sekarang ini berdasarkan atas rasm utsman bin affan ( al-mushaf’ala al-rasm al-Utsman ), akan tetapi sebenarnya ia tidak begitu saja muncul sebagai sebuah karya besar yang hampa dari proses panjang yang telah di lalui pada masa – masa sebelumnya.
Proses itu di mulai pada masa rasulallah saw. Langsung mengingat, menghafalnya, dan memberitahukan serta membacakannya kepada para sahaat, agar mereka mengingat dan menghafalnya pula.
Selain di hafal, wahyu alqur’an yang baru turun di tulis juru tulis wahyu, seperti Abu Bakar al-siddiq, Umar bin Alkhatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah, Khalid bin Walid, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Tsabit bin Qays, Amir bin Fuhairah, Umar bin al-As dan Zubair bin al-Awwam.
Setelah Rasulallah Saw. Wafat, tonggak estafet pemeliharaan al-Qur’an di lanjutkan Abu Bakar al-sidiq, Umar bin alkhatab dan Usman bin Affan. Upaya- upaya tersebut muncul bersifat relative atas kondisi yang di hadapi umat islam yang di pandang dapat mengancam keutuhan dan keaslian al-Qur’an.
Abu Bakar al-Siddiq mengemban tugas pemeliharaan al-Qur’an dengan melakukan penghimpunan naskah-naskah al-Qur’an yang berserakan menjadi satu mushaf. Faktor pendorongusaha penghimpunan tersebut adanya kekhawatiran hilangnya sesuatu dari al-Qur’an di sebabkan banyak para sahabat penghafal al-Qur’an yang gugur di medan perang yamamah. Perang ini terjadi tahun 12 H antara kelompok muslim melawan kelompok yang menyatakan diri keluar dari islam (murtad) di bawah pimpinan muslimah al-Khazzab. Dalam pertempuran tersebut 70 orang penghafal al-Qur’an gugur.
Pada masa pemerintahan Umar bin al-Khattab belum tampak persoalan mengenai mushaf di atas, tetapi setelah priode Utsman bin Affan baru mencuat persoalan yang seriustentang qira’at, trutama setelah islam Armenia dan Azarbaijan. Bahkan, kondisinya lebih kronis karena sudah mengarah kepada fanatisme golongan. Masing-masing mengklaim paling benar, bahkan saling mengkafirkan. Kondisi yang rawan tersebut akhirnya mengharuskan adanya tindakan pembukuan al-Qur’an standar dalam rangka menjaga otentitas al-Qur’an sekaligus mereduksi dan mengantisipasi konflik internal sekitar qira’at. Sejak masa ini umat islam dalam membaca al-Qur’an berpegang pada bentuk bacaan yang sesuai dengan mushaf Utsmani.
a.      Pengertian Jam’u AL-Qur’an
Dalam sebagian besar literatur yang membahas tentang ilmu- ilmu al-Qur’an, istilah yang di pakai untuk menunjukan arti penulisan, pembukuan atau kodifikasi al-Qur’an jam’u al-Qur’an Artinya pengumpulan al-Qur’an. Sementara hanya sebagian kecil literatur yang memakai istilah kitab al-Qur’an artinya penulisan al-Qr’an serta tadwin al-Qr’an artinya pembukuan al-Qur’an.
Para ulama yang memakai istilah jam’u al-Qur’an membagi artinya dalam dua kategori; pertama, proses penghafalan, kedua, proses pencatatan serta penulisan al-Qur’an.
b.      Penulisan Al-Qur’an Masa Nabi
Penulisan atau pengumpulan al-Qur’an di masa rasulullah di kelompokan menjadi dua kategori yaitu: pertama, pengumpulan dalam dada berupa hafalan dan pennghayatan serta pengumpulan dalam catatan berupa penulisan kitab.
Berkaitan dengan kondisi Nabi yang ummi, maka perhatian utama beliau adalah menghafal dan mengahayati ayat-ayat yang di turunkan Ibn Abbas meriwayatkan, karena besarnya konsentrasi Rasil kepada hafalan, hingga ketika wahyu belum selesai di sampaikan malaikat  jibril, Rasulallah menggerak- gerakan kedua bibirnya agar dapat menghafalnya, karena itu, turnlah ayat :
لاَ تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْءَانَهُ (18) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (19)
Artinya:
“ janganlah kamu gerakan lidahmu untuk membaca al-Qur’an karena hendak cepat-cepat ( menguasai )-nya. Sesugguhnya atas tangan kamilah mengumpulkannya ( di dadamu ) dan membacakannya. Maka itulah bacaa’annya itu. Kemudian, sesugguhnya atas tangan kamilah penjelasannya.” ( al-Qiyamah/75:16-19).
Nabi Muhamad Saw. Setelah menerima wahyu langsung menyampaikan wahyu tersebut kepada para sahabat agar mereka menghafalnya sesuai dengan hafalan Nabi, tidak kurang dan tidak lebih. Dalam rangka menjaga kemurnian al-Qur’an, selain di tempuh lewat jalur hafalan, juga di lengkapi dengan tulisan. Fakta sejarah menginformasikan bahwa segera setelah menerima ayat al-Qur’an, Nabi Saw. Memanggil para sahabat yang pandai menulis, untuk menulis ayat-ayat yang baru saja di terimanya di sertai informasi tempat dan urutan setiap ayat dalam suratnya. Ayat-ayat tersebut di tulis dalam pelepah-pelepah kurma, batu-batu, kulit-kulit, atau tulang-tulang binatang.
Penulisan pada masa ini belum terkumpul menjadi satu mushaf di sebabkan beberapa factor, yaitu: yang pertama, tidak adanya factor pendorong untuk membukukan al-Qur’an menjadi satu mushaf mengingat Rasulallah masih hidup dan banyaknya sahabat yang menghafal L-Qur’an, dan sama sekali tidak ada unsur-unsur yang di duga akan mengganggu kelestarian al-Qur’an. Kedua, al-Qur’an di turunkan  secara berangsur-angsur, maka suatu hal yang logis bila al-Qur’an baru bisa di bukukan dalam satu mushaf setelah nabi saw wafat. Ketiga, selama proses turun al-Qur’an, masih terdapat kemungkinan adanya adanya ayat-ayat al-Qur’an yang manshuk.
c.       Pembukuan Masa Abu Bakar Al-shiddiq
Kaum mislimin melakukan consensus untuk mengangkat Abu Bakar Al-shidiq sebagai khalifah sepeninggal Nabi Saw. Pada awal masa pemerintahan Abu Bakar, terjadi kekacauan akibat ulah Muslimah al-kazzab beserta pengikut-pengikutnya. Mereka menolak membayar zakat dan murtad dari islam pasukan islam yang di pimpin Khalid bin wild segera menumpas gerakan itu. Peristiwa tersrbut terjadi di yamamah tahun 12 H. Akibatnya banyak sahabat yang gugur, termasuk 70 orang yang di yaini telah hafal al-Qur’an.
Tinggal berdarah di yamamah tersebut di cermati secara kritis oleh Umar bun al-khattab. Ia menjadi risau dan khawatir peristiwa serupa terulang lagi, Sehingga banyak korban dari kalangan hafidz yang gugur. Bila emikian, “masa depan” al-Qur’an teancam. Maka muncul ide kreatif umar yang di sampaikan kepada Abu Bakar al-Siddiq untuk segera mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur’an yang pernah di tulis pada masa Nabi Saw.  
Semula Abu Bakar keberatan atas usul Umar dengan alasan belum pernah dilakukan Nabi SAW, tetapi, akhirnya Umar berhasil meyakinkannya. Dibentuklah sebuah tim yang dipimpin Zaid Tsabit dalam rangka merealisasikan mandat dan tugas suci tersebut pada mulanya, Zaid keberatan, tetapi akhirnya juga dapat di yakinkan.
            Zaid bin Tsabit melaksanakan tugas beratnya dan mulia tersebut dengan sangat hati-hati dibawah petunjuk Abu Bakar dan Umar sumber utama dalam penulisan tersebut adalah ayat-ayat al-Qur’an yang ditulis dan dicatat dihadapkan Nabi SAW. Dan hafalan para sahabat. Dalam rentang waktu kerja tim  Zaid pernah suatu kali menjumpai kesulitan, mereka tidak menemuka naskah ayat 128 surah at-Taubah.
Hasil kerja Zaid yang telah jadi mushaf  Al-Qur’an disimpan oleh Abu Bakar sampai akhir hayatnya. Setelah itu berpindah ketangan Umar bin Khattab. Sepeninggalan Umar mushaf di simpan oleh hafashah binti Umar. Adapun karakterristik penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar ini adalah;
1.      Seluruh yar Al-Qur’an dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf berdasarkan penelitian yang cermat dan seksama.
2.      Meniadakan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah di mansukh.
3.      Seluruh ayat yang ada telah di akui kemutawatirannya.
4.      Dialek arab yang dipakai dalam pembukuan ini berjumlah 7 (qiraat) sebagaimana yang ditulis pada kulit unta pada masa Rasulullah SAW.

d.      Pembukuan Masa Ustman bin Affan
Pada masa pemerintahan Ustman, wilayah Negara Islam telah meluas sampai ke Tripoli Barat, Armenia dan Azarbaijan. Pada waktu itu,Islam sudah tersebar ke beberapa wilayah di Afrika,Syira dan Persia. Para penghafal al –Qur’an pun akhirnya menjadi tersebar, sehigga menimbulkan persoalan baru, yaitu saling  dikalangan kaum muslimin mengenai bacaan ( qiraat) al – Quran.
Para pemeluk islam di masing-masing daerah mempelajari dan menerima bacaan al –Quran dari sahabat ahli qiraat, di daerah yang bersangkutan. Penduduk Syam misalnya, belajar al-Quran pada Ubay bin Ka’bah. Warga kuffah bergru pada Abdullah bin Mas’ud sementara penduduk yang tinggal di Basrah berguru dan membaca al-Quran dengan qiraat Abu Musa al Asy’ari.
Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan, diantara orang yang ikut menyerbu kedua kota tersebut adalah Khuzaifah bin Alyaman. Ia melihat banyak perbedaan dalam cara-cara membaca al- Quran, bahkan ia mengamati sebagian qiraat itu bercampur dengan kesalahan. Utsman segera mengundang para sahabat dari Anshar dan Muhajirin bermusyawarah mencari jalan keluar dari masalah serius tersebut. Akhirnya, dicapai suatu kesepakatan agar mushaf  abu bakar disalin kembali beberapa mushaf. Mushaf-mushaf  itu nntinya dikirim ke berbagai kota atau daerah untuk dijadikan rujukan bagi kaum muslimin terutama manakala terjadi perselisihan tentang qiraat al- Quran antar mereka. Untuk terlaksana tugas tersebut, khalifah Utsman menunjuk satu tim yang terdiri dari empat orang sahabat, yaitu: Zaid ibn Tsabit, Abdullah ibn Zubair, Said ibn Al-‘As dan Abd Al- Rahman ibn al- Haris ibn Hisyam. Ke empat orang ini para penulis wahyu.
Tentang jumlah mushaf yang ditulis, berapapun jumlahnya tidak menjadi persoalan. Yang pasti, upaya tersebut telah berhasil melahirkan mushaf  baku sebagai rujukan kaum muslimin dan menghilangkan perselisihan serta prpecahan diantara mereka. Beberapa karakteristik mushaf al-Quran yang ditulis pada masa Ustman ibn Affan antara lain;
1.      Ayat ayat yang ditulis seluruhnya berdasarkan riwayat mutawatir
2.      Tidak memuat ayat-ayat yang mansukh
3.      Surat-surat mupun ayat-ayatnya telah disusun dengan tertib sebagai mana al-qur’an yang kita kenal sekarang. Tidak seperti mushaf al-Qur’an yang itulis pada masa Abu Bakar yang hanya disusun tertib ayat, sementara surat-suratnya disusun menurut urutan turun wahyu.
4.      Tidak memuat sesuatu yang bukan tergolong al-Qur’an seperti yang di tulis sebagian sahabat Nabi dalam masing-masing mushafnya, sebagai penjelasan atau keterangan terhadap makna ayat-ayat tertentu
5.      Dialek yang dipakai dalam mushaf ini hanya dialek Quraisy dengan alasan al-Qur’an diturunkan dengan bahasa arab Quraisy sekalipun pada mulanya diizinkan membacanya dengan menggunakan dialek lain.
e.       Penyempurnaan Tulisan Al-Qur’an
            Sepeninggal Ustman, mushaf al-Qur’an belum diberi tanda baca seperti baris (harakat) dan tanda pemisah ayat. Karna daerah kekuasaan Islam semakin meluas keberbagai penjuru yang berlainan dialek dan bahasanya, dirasa perlu adanya tindakan preventif dalam memelihara umat dari kekeliruan membaca dan memahami al-Qur’an.
Upaya tersebut baru terealisir pada masa Khalifah Muawiyah ibn Abi Sufyan (40-60 H) o;eh Imam Abu al-Aswad al-Duali, yang memberi harakat atau baris yang berupa titik merah pada mushf al-Quran. Untuk ‘’a’’ (fathah) disebelah atas huruf, ‘’u’’(dlammah) didepan huruf dan ‘’I’’ (kasrah)dibawah huruf.sedangkan syiddah
Usaha selanjutnya dilakukan pada masa Khalifah Abdul Malik ibn Marwan (65-68H). dua orang murid Abu al-Aswad al-Duali yaitu Nasar ibn Ashim dan Yahya ibn ya’mar memberi tanda untuk beberapa huruf yang sama seperti ‘’ba’’, ‘’ta’’, dan ‘’tsa’’.
Dalam berbagai sumber diriwayatkan bahwa ‘Ubaidillah bin Ziyad (w. 67 H) memerintahkan kepada seseorang yang berasal dari persia untuk menambahkan huruf alif (mad) pada dua ribu kata yang semestinya dibaca dengan suara panjang. Misalnya, kanat menjadi kanat. Adapun penyempurnaan tanda-tanda baca lain dilakukan oleh Imam Khalid ibn Ahmad pada tahun 162 H.

BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pengertian turunnya alqur’an ialah menetapkan / memantapkan / memberitahukan /menyampaikan Al-Qur’an, baik di sampaikan Al-Qur’an itu ke Lauhil Mahfudz atau ke Baitul Izzah di langit dunia, maupun kepada Nabi Muhammad.
Tahap-tahap turunnya Al-Qur’an” ialah tertib dari fase-fase disampaikan kitab suci Al-Qur’an, mulai dari sisi Allah hingga langsung kepada Nabi Muhammad SAW, kitab suci ini tidak seperti kitab-kitab suci sebelumnya. Sebab kitab suci ini diturunkan secara bertahap, sehingga betul-betul menunjukkan kemukjizatannya. 
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah surat atau sebuah surat ynag pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al-Qur’an secara keseluruhan memakan waktu lebih kurang 23 tahun, yakni 13 tahun waktu nabi masih tingggal di makkah sebelum hijrah dan 10 tahun waktu nabi hijrah ke madinah.
Sedangkan permulaan turunya Al-Qur’an  adalah pada malam Lailatul Qadar, tanggal 17 Ramadhan pada waktu Nabi telah berusia 41 tahun bertepatan  tanggal 6 Agustus 610 M, sewaktu beliau sedang berkhalwat (meditasi ) di dalam gua hira’ di atas Jabal Nur. Ayat yang pertama kali turun adalah 1-5 surah Al-Alaq:
Sedangkan Penulisan/penghimpunan Al-Qur’an mengalami 3  ( tiga ) periode yaitu:
1)      penulisan Al-Qur’an pada periode Nabi Muhammad SAW
2)      Penulisan  Al-Qur’an pada periode Khalifah Abu Bakar
3)      Penulisan/ penghimpunan Al-Qur’an periode Khalifah Utsman Bin Affan
Setelah kita mengetahui dari sejarah turunnya al-qur’an al-karim, dan sejarah penulisan Al-Qur’an yang begitu panjang prosesnya, semoga menimbulkan ketebalan iman kita terhadap Al-Qur’an. Dan kita mau mengamalkan apa yang di perintahkan dalam Al-Qur’an dan meninggalkan apa yang dilarang oleh  Al-Qur’an, sehingga kita akan selamat di Dunia maupun di Akherat kelak, Amin

DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Al-Karim dan Terjemahan
Al Munawar, Said Agil Husin, 2005, Al Qur’an Membangun Tradisi Kesalahan Hakiki, PT. Ciputat Press ; Ciputat
Al Qattan, Manna Khalil, 2011, Studi Ilmu-ilmu Qur’an / Manna’ Khalil al-Qattan, diterjemahkan dari bahasa arab oleh Mudzakir AS, Pustaka Litera Antar Nusa;Bogor
http://cakzainul.blogspot.com/2012/02/makalah-ulumul-quran-sejarah-turun-dan.html

1 komentar:

  1. Pelajaran dan pendidikan akhlak sangat penting bagi pelajar muslim di seluruh Indonesia. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
    sebutkan adab berpakaian dalam islam Sejarah diturunkannya Al Quran Ufa Bunga SMartphone

    BalasHapus