Jumat, 20 November 2015

Kompetensi Guru

Kompetensi Guru

A.        Pengertian Kompetensi
Menurut Purwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Kompetensi yang ada dalam Bahasa Inggris adalah competency atau competence merupakan kata benda, yang diartikan: 1) kecakapan, kemampuan, kompetensi 2) wewenang. Kata sifat dari competence adalah competent yang berarti cakap, mampu, dan tangkas.
Kompetensi dapat digunakan untuk memprediksikan kinerja seseorang, apakah seseorang bekerja dengan baik atau buruk. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kompetensi merupakan suatu karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkannya memberikan kinerja unggul dalam pekerjaan, peran atau situasi tertentu.
Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku seseorang. Kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar stimulus akan bergabung dengan isi memori dan menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu. Apabila individu sukses mempelajari cara melakukan satu pekerjaaan yang kompleks dari sebelumnya, maka pada diri individu tersebut pasti sudah terjadi perubahan kompetensi.
Perubahan kompetensi tidak akan tampak apabila selanjutnya tidak ada kepentingan atau kesempatan untuk melakukannya. Dengan demikian bisa diartikan bahwa kompetensi adalah berlangsung lama yang menyebabkan individu mampu melakukan kinerja tertentu.
Kompetensi diartikan oleh Cowell, sebagai suatu keterampilan atau kemahiran yang bersifat aktif. Kompetensi dikategorikan mulai dari tingkat sederhana atau dasar hingga lebih sulit atau kompleks yang pada gilirannya akan berhubungan dengan proses penyusunan bahan atau pengalaman belajar, yang lazimnya terdiri dari: (1) penguasan minimal kompetensi dasar, (2) praktik kompetensi dasar, dan (3) penambahan penyempurnaan atau pengembangan terhadap kompetensi atau keterampilan. Ketiga proses tersebut dapat terus berlanjut selama masih ada kesempatan untuk melakukan penyempurnaan atau pengembangan kompetensinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan diujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tertentu.
Pada dasarnya terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar, tugas guru ini sangat berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Hakikat profesi guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan.
Ciri seseorang yang memiliki kompetensi apabila dapat melakukan sesuatu. Kompetensi merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya kompetensi, yakni  (a) faktor bawaan, seperti bakat, dan (b) faktor latihan, seperti hasil belajar.
Tuntutan atas berbagai kompetensi ini mendorong guru untuk memperoleh informasi yang dapat memperkaya kemampuan agar tidak mengalami ketinggalan dalam kompetensi profesionalnya. Semua hal yang disebutkan diatas merupakan hal yang dapat menunjang terbentuknya kompetensi guru.

B.        Kompetensi Guru
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 dinyatakan bahwa: Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Mengingat bahwa dalam era global, pendidikan nasional harus pula memperhatikan perkembangan yang terjadi secara internasional, maka kajian kompetensi guru sebagai unsur pokok dalam penyelenggaraan pendidikan formal, perlu pula mempertimbangkan bagaimana kompetensi guru dibina dan dikembangkan pada beberapa negara lain. Kajian empirik ini dilakukan untuk memperkaya rincian kompetensi serta upaya pembinaannya.
Tuntutan atas berbagai kompetensi ini mendorong guru untuk memperoleh informasi yang dapat memperkaya kemampuan agar tidak mengalami ketinggalan dalam kompetensi profesionalnya. Semua hal yang disebutkan diatas merupakan hal yang dapat menunjang terbentuknya kompetensi guru.
Kompetensi profesional dapat diduga berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan sehingga mampu melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu. Keluaran yang bermutu dapat dilihat pada hasil langsung pendidikan yang berupa nilai yang dicapai siswa dan dapat juga dilihat dari dampak pengiring, yakni dimasyarakat. Selain itu, salah satu unsur pembentuk kompetensi profesional guru adalah tingkat komitmennya terhadap profesi guru dan didukung oleh tingkat abstraksi atau kemampuan menggunakan nalar.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu :
1. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c)pengembangan kurikulum/ silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang: (a) mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f) berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara berkelanjutan.
3. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk : (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
Sebagai pembanding, dari National Board for Profesional Teaching Skill (2002) telah merumuskan standar kompetensi bagi guru di Amerika, yang menjadi dasar bagi guru untuk mendapatkan sertifikasi guru, dengan rumusan What Teachers Should Know and Be Able to Do, didalamnya terdiri dari lima proposisi utama, yaitu:
1.    Teachers are Committed to Students and Their Learning yang mencakup : (a) penghargaan guru terhadap perbedaan individual siswa, (b) pemahaman guru tentang perkembangan belajar siswa, (c) perlakuan guru terhadap seluruh siswa secara adil, dan (d) misi guru dalam memperluas cakrawala berfikir siswa.
Teachers Know the Subjects They Teach and How to Teach Those Subjects to Students mencakup : (a) apresiasi guru tentang pemahaman materi mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun dan dihubungkan dengan mata pelajaran lain, (b) kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran (c) mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara (multiple path).
Teachers are Responsible for Managing and Monitoring Student Learning mencakup: (a) penggunaan berbagai metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran, (b) menyusun proses pembelajaran dalam berbagai setting kelompok (group setting), kemampuan untuk memberikan ganjaran (reward) atas keberhasilan siswa, (c) menilai kemajuan siswa secara teratur, dan (d) kesadaran akan tujuan utama pembelajaran.
Teachers Think Systematically About Their Practice and Learn from Experience mencakup: (a) Guru secara terus menerus menguji diri untuk memilih keputusan-keputusan terbaik, (b) guru meminta saran dari pihak lain dan melakukan berbagai riset tentang pendidikan untuk meningkatkan praktek pembelajaran.
Teachers are Members of Learning Communities mencakup : (a) guru memberikan kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi dengan kalangan profesional lainnya, (b) guru bekerja sama dengan tua orang siswa, (c) guru dapat menarik keuntungan dari berbagai sumber daya masyarakat.
Secara esensial, ketiga pendapat di atas tidak menunjukkan adanya perbedaan yang prinsipil. Letak perbedaannya hanya pada cara pengelompokkannya. Isi rincian kompetensi pedagodik yang disampaikan oleh Depdiknas, menurut Raka Joni sudah teramu dalam kompetensi profesional. Sementara dari NBPTS tidak mengenal adanya pengelompokan jenis kompetensi, tetapi langsung memaparkan tentang aspek-aspek kemampuan yang seyogyanya dikuasai guru.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang dan berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah siswanya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.
Di samping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.
Sementara itu, Usman membedakan kompetensi guru menjadi dua, yaitu kompetensi pribadi dan kompetensi profesional. Kemampuan pribadi meliputi; (1) kemampuan mengembangkan kepribadian, (2) kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, (3) kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan. Sedangkan kompetensi profesional meliputi: (1) penguasaan terhadap landasan kependidikan, dalam kompetensi ini termasuk (a) memahami tujuan pendidikan, (b) mengetahui fungsi sekolah di masyarakat, (c) mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan; (2) menguasai bahan pengajaran, artinya guru harus memahami dengan baik materi pelajaran yang ajarkan. Penguasaan terhadap materi pokok yang ada pada kurikulum maupun bahan pengayaan; (3) kemampuan menyusun program pengajaran, kemampuan ini mencakup kemampuan menetapkan kompetensi belajar, mengembangkan bahan pelajaran dan mengembangkan strategi pembelajaran; dan (4) kemampuan menyusun perangkat penilaian hasil belajar dan proses pembelajaran.
Kondisi pendidikan nasional kita memang tidak secerah di negara-negara maju. Baik institusi maupun isinya masih memerlukan perhatian ekstra pemerintah maupun masyarakat. Dalam pendidikan formal, selain ada kemajemukan peserta, institusi yang cukup mapan, dan kepercayaan masyarakat yang kuat, juga merupakan tempat bertemunya bibit-bibit unggul yang sedang tumbuh dan perlu penyemaian yang baik. Pekerjaan penyemaian yang baik itu adalah pekerjaan seorang guru. Jadi, guru memiliki peran utama dalam sistem pendidikan nasional khususnya dan kehidupan kita umumnya.
Guru sangat mungkin dalam menjalankan profesinya bertentangan dengan hati nuraninya, karena ia paham bagaimana harus menjalankan profesinya namun karena tidak sesuai dengan kehendak pemberi petunjuk atau komando maka cara-cara para guru tidak dapat diwujudkan dalam tindakan nyata. Tidak adanya kemandirian atau otonomi itulah yang mematikan profesi guru dari sebagai pendidik menjadi pemberi instruksi atau penatar. Selain itu, ruang gerak guru selalu dikontrol melalui keharusan membuat satuan pelajaran. Padahal, seorang guru yang telah memiliki pengalaman mengajar di atas lima tahun, sebetulnya telah menemukan pola belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya guru setiap kali mengajar membuat satuan pelajaran, maka waktu dan energi guru banyak terbuang. Waktu dan energi yang terbuang ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya.
Akadum menyatakan dunia guru masih terselingkung dua masalah yang memiliki mutual korelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak terutama pengambil kebijakan; (1) profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya. Rendahnya gaji berimplikasi pada kinerjanya; (2) profesionalisme guru masih rendah.
Selain faktor di atas faktor lain yang menyebabkan rendahnya kompetensi profesional guru disebabkan oleh antara lain:
1.    Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada;
2.    Belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju;
3.    Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi keguruan;
4.    Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.

Akadum juga mengemukakan bahwa ada lima penyebab rendahnya profesionalisme guru yaitu:
a.    Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total,
b.    Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan,
c.    Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan,
d.    Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang diberikan kepada calon guru,
e.    Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara maksimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI bersifat politis memang tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa mendatang PGRI sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme para anggotanya.

Dengan melihat adanya faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk meningkatkan profesi guru.

10 Kompetensi Guru

Guru yang profesional adalah mereka yang mampu mengakomodasikan dimensi instrik dan dimensi instrumental. Dalam pengertian, semampu dan seterampil serta serelevan apapun lulusan pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja, tidak akan berarti banyak, manakala para guru tidak dapat memberikan bekal moral kepada anak didik mengenai hakekat hidup, dan moralitas semacam apa yang diperlukan anak didik untuk hidup di masyarakat.[1]

Sehingga itu untuk menjalankan tugas-tugas sebagai seorang guru yang profesional secara efektif dan efisien, para guru harus memiliki kompotensi tertentu. Di Indonesia telah ditetapkan sepuluh kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai instructional leader, yaitu :

memiliki kepribadian ideal sebagai seorang guru,
penguasaan landasan pendidikan,
menguasai bahan pengajaran,
kemampuan menyusun program pengajaran,
kemampuan melaksanakan program pengajaran,
kemampuan menilai hasil dan proses belajar-mengajar,
kemampuan menyelenggarakan program bimbingan,
kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah,
kemampuan bekerja sama dengan sejawat dan masyarakat,
kemampuan menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pentgajaran.[2]
[1] Prof Dr. Sudarwan  Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, (Cet I Pustaka Pelajar, 2003), h. 193
[2] Ibid, h. 198-199

Kajian Tentang Kompetensi guru

Usman dalam Eka Mahendra (2010: 20) menyatakan bahwa kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang baik yang kualitatif maupun kuantitatif. Terkait dengan pengertian kompetensi diatas, kompetensi dapat digunakan dalam dua konteks yakni: (1) sebagai indikator kemampuan yang menunjukan kepada perbuatan yang diamati, (2) sebagai konsep yang mencakup aspek kognitif, afektif dan perbuatan serta tahap tahap pelaksanaannya secara utuh. Sedikit berbeda dengan apa yang dijelaskan oleh Piet dan Ida Sahaertia 1990 mengatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang bersifat kognitif, afektif dan performance. Menurut Finch dan Crunkilton dalam E. Mulyasa, 2003 menyatakan bahwa kompetensi adalah penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan appresiasi yang dperlukan untuk menunjang keberhasilan. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan keterampilan dan kemampuan dan nilai nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dengan demikian kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas guru yang sebenarnya (Depdiknas, 2003).

Menurut undang undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dan peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa guru wajib memiliki kwalifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pendidik sebagai agen pembelajaran harus memiliki empat kompetensi meliputi : kompetensi pedagogik, kompetensi profesinal, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelolaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didikuntuk mengaktualisasikan berbagi potensi yang dimilikinya (PP Nomor 19 Tahun 2005) secara rinci masing masing elemen dari kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi sub kompetensi dan indkator diantaranya:

a Memahami peserta didik. Sub kompetensi ini memiliki indkator esensial yakni memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip prinsip perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip prinsip kepribadian dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

b Merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial untuk menerapkan teori teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang terpilih.

c Melaksanakan pmbelajaran. Sub kompetensi ini memiliki indikator esensial yakni menata setting pembelajaran, dan melaksanakan pembelajran secara kondusif.

d Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Sub kompetensi ini memiliki indikator esensial melaksanakan assesment proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode melalui menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar dan memanfaatkan hasil penilaian hasil pemnbelajaran secara umum.

e Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagi potensi yang dimilikinya.

Kompetensi profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan (PP Nomor 19 Tahun 2005). Kompetensi profesinal guru terbagi guru terbagi dalam empat komponen yaitu; (1) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia; (2) mempunyai dan menguasai pengetahuan bidang studi yang dibinanya; (3) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, temansejawat; (4) mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar (Cooper dalam Ardika, 2006:40).

Menurut Johnson dalam Kunandar, 2007:75 menyatakan bahwa kompetensi profesional guru meliputi : (1) penguasaan materi pelajaran yang terdiri dari penguasan bahan yang harus diajarkan, dan kosp konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkan; (2) Penguasaan dan penghayatan atas landasn dn wawasan kepenidikan dan keguruan; (3) pengusaan proses proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa. Zainal Aqib dalam Kunandar (2007:63) menyatakan bahwa kompetensi profesional guru meliputi ; (1) penguasaan bahan pelajaran beserta beserta konsep konsep dasar keilmuannya; (2) mengelola program belajar mngajar; (3) mengelola kelas; (4) menggunakan media atau sumber pembelajaran; (5) menguasai landasan kependidikan; (6) mengelola interaksi belajar mengajar; (7) menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran; (8) mengenal fungsi dan program pelayanan BP; (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; (10) memahami prinsip prinsip dan menafsirkan hasil hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

Hamalik (2002), berpendapat bahwa guru yang dinilai kompeteen secara profesional apabila: (1) mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik baiknya; (2) mampu melaksanakan peran perannya secara berhasil; (3) mampu bekerja dalam usaha usaha mencapai tujuan pendidikan dan (4) mampu melaksanakan perannya dalam proses pembelajaran dalam kelas. Muchlas (2006) dalam Widarsa (2009: 25) yang menyatakan bahwa secara rinci masing masing elemen kompetensi tersebut memiliki sub kompetensi dan indikator sebagai berikut : (1) menguasai substansi keilmuan sosial dan ilmu lain yang terkait bidang studi. Sub kompetensi ini memiliki indikator esensial memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan, yang manaungi materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait dan menerapkan konsep konsep keilmuan dalam kehidupan sehari hari; (2) mengausai langkah langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan materi/ bidang studi.

Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan prilku pribadi guru yang kelk harus memiliki nilai nilai luhur sehingga terpancar dalam prilaku sehari hari. Nilai nilai luhur kepribadian guru berkaitan erat dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi model manusia yang telah mengamalkan nilai nilai luhur. Kompetensi kepribadian guru adalah sikap pibadi yang dijiwai oleh filsafat pancasila yang mengguanakan budaya bangsanya yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya. Pemahaman terhadap kompetensi kepribadian guru dimaknai sebagai sosok manusia yang utuh. Kemampuan kepribadian guru meliputi: (1) penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru; (2) pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai nilai yang seyogyanya dianut seorang guru; (3) penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya (Hamalik, 2003:48).

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, berakhlak mulia (PP Nomor 19 Tahun 2005). Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial yakni : memilki kepribadian mantap dan stabil dimana sub kompetensi ini memilki indikator esensial bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial, banggga sebagai pendidik dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma; (b) memiliki kepribadian yang dewasa. Sub kompetensi ini memiliki indikator esensial yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidikdan memiliki etos kerja sebagai pendidik; (c) memiliki kepribadian yang arif, sub kompetensi ini memiliki indikator esensial yaitu menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, masyarakat dan menunjukan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak; (d) memilki kepribadian yang berwibawa, sub kompetensi ini memiliki indikator esensial yaitu memiliki prilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan prilaku yang disegani; (e) memiliki ahklak mulia dan menjadi teladan, sub kompetensi ini memiliki indikator esensial yaitu bertindak sesuai dengan norma agama yakni bersikap jujur, ikhlas, dan suka memberikan pertologan serta memiliki prilaku diteladani peserta didik (muchlas Smanai, 2006:46)

Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidika, orang tua / wali pesert didik dan masyarakat sekitar (PP Nomor 19 Tahun 2005). Guru sebagai bagian dari masyarakat merupakan salah satu pribadi yang mendapat perhatian khusus di masyarakat. Berkaitan dengan kedudukan yang dimiliki oleh guru dimasyarakat menjadikan dasar bahwa guru perlu memiliki kompetensi sosial untuk berinteraksi dengan lingkungan masyarakat di tempat mereka bertugas.kompetensi sosial dalam kegiatan belajar mengajar berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat sekitar tempat tinggal guru.

Muclis Samani dalam Eka Mahendra (2010: 31) menyatakan bahwa kompetensi sosial guru memiliki sub kompetensi sebagai berikut: (1) Berkomunikasi secara efektif, mencakup indikator esensial yakni guru gar mampu berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, membangun komunikasi dengan teman sejawat, manjalin hubungan komunikasi dan mampu berinteraksi dengan orang tua / wali dari peserta didik serta masyarakat sekitar; (2) bergaul secara efektif yang mencakup indikator esnsial seperti mengembangkan hubungan secara efektif dengan peserta didik, teman sejawat, orang tua / wali dan masyarakat dengan prinsip saling menghormati, keterbukaan atas dasar saling menghormati serta saling memberi dan manerima. Dalam implementasi riilnya, peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Secara kenyataan dilapangan, guru menjalankan tugasnya denga mengemban misi yang menyangkut masalah kemanusiaan yakni mengajar, mendidk serta memanusiakan manusia. Melihat kenyataan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, guru merupakan tokoh yang diberi tugas dan beban untuk membina dan membimbing serta mengarahkan masyarakat kearah norma yang berlaku. Kompetensi sosial guru sangat diperlukan dimiliki oleh setiap insan pendidik untuk memperoleh proses pendidikan yang optimal dimana kompetensi sosial guru dapat meningkatkan kerja sama dalam membangun pendidikan dalam sebuah sistem pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar