Rabu, 11 November 2015

RESUME ILMU PENDIDIKAN ISLAM (IPI)

RESUME ILMU PENDIDIKAN ISLAM (IPI)

1. Judul Buku : Ilmu Pendidikan Islam
2. Tahun Terbit : 2006
3. Penulis : Dr. Abdul Mujib, M.Ag.,et al. 
4. Penerbit : Kencana Pernada Mulia
5. Alamat Penerbit : Jl. Lele I No. 7 Rawamangun Jakarta 13220
6. Jumlah Halaman : 268 halaman, 11 Bagian 
7. Cetakan : Pertama
8. No.ISBN : 979-3925-54-X


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat dan nikmat-Nya kita masih diberi kesempatan untuk mencari, menggali, membahas, dan mengamalkan ilmu-ilmu yang bermanfaat.
 Ilmu Pendidikan Islam adalah salah satu mata kuliuah yang ada di Fakultas Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah “ Al-Muslihuun” Tlogo Blitar. Mata kuliah ini menyiapkan mahasiswa menjadi seorang pendidik pendidikan Islam yang professional dan maju dalam segala bidang.
Buku “ILMU PENDIDIKAN ISLAM” karangan Dr. Abdul Mujib, M.Ag., isinya sangat bagus. Dia menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan Islam secara teliti dan runtut.
Buku tersebut juga memungkinkan untuk dikonsumsi oleh semua kalangan karena dari sisi ekonomisnya sangat murah jika dibandingkan dengan ilmu yang terkandung dalam buku tersebut. 
Akhirnya kami merasa dalam penyusunan resume buku “ILMU PENDIDIKAN ISLAM” ini masih banyak kekurangan, maka kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu suksesnya resume ini terutama kepada Bapak Dosen : Drs. Ahmad Fauzi, M.Ag  yang senantiasa mendorong kami untuk mempelajari dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam di kehidupan sehari-hari. Semoga kesuksesan menjadi milik kita. 




DAFTAR ISI
RESUME ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Sampul-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- i
Kata Pengantar--------------------------------------------------------------------------------------------------------- ii
Daftar Isi----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- iii
Bagian I Pendahuluan : Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan-------------------------------------- 01

Bagian II Pengertian Pendidikan Islam -------------------------------------------------------------------------- 01
Pengertian Etimologi Pendidikan Islam--------------------------------------------------------------- 01
Pengertian Terminologi Pendidikan Islam------------------------------------------------------------- 02

Bagian III Sumber dan Dasar Pendidikan Islam--------------------------------------------------------------- 03
Sumber Pendidikan Islam---------------------------------------------------------------------------- 03
Dasar Pendidikan Islam------------------------------------------------------------------------------ 03

Bagian IV Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam ---------------------------------------------------------------- 04
Tugas Pendidikan Islam------------------------------------------------------------------------------ 04
Fungsi Pendidikan Islam----------------------------------------------------------------------------- 04

Bagian V Tujuan Pendidikan Islam-------------------------------------------------------------------------------- 05
Tujuan Pendidikan Islam----------------------------------------------------------------------------- 05
Prinsip-prinsip Dalam Formulasi Tujuan Pendidikan Islam-------------------------------------------- 05
Komponen-komponen Tujuan Pendidikan----------------------------------------------------------- 05
Formulasi Tujuan Pendidikan Islam------------------------------------------------------------------ 06

Bagian VI Pendidik Dalam Pendidikan Islam------------------------------------------------------------------- 07
Definisi Pendidik Dalam Pendidikan Islam------------------------------------------------------------ 07
Kedudukan Pendidik Dalam Pendidikan Islam------------------------------------------------------- 07
Tugas Pendidik Dalam Pendidikan Islam------------------------------------------------------------- 07
Kompetensi-kompentensi Pendidik Dalam Pendidikan Islam----------------------------------------- 07
Kode Etik Pendidik Dalam Pendidikan Islam-------------------------------------------------------- 07

Bagian VII Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam ---------------------------------------------------------- 07
Definisi Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam------------------------------------------------------- 07
Paradigma Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam--------------------------------------------------- 07
Sifat-sifat dan Kode Etik Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam------------------------------------- 08
Bagian VIII Kurikulum Pendidikan Islam----------------------------------------------------------------------- 08
Hakikat Kurikulum Pendidikan---------------------------------------------------------------------- 08
Dasar, Prinsip, Dan Fungsi Kurikulum Pendidikan Islam---------------------------------------------- 08
Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam--------------------------------------------------------------- 09
Model-model Konsep Kurikulum Pendidikan Islam-------------------------------------------------- 10
Isi Kurikulum Pendidikan Islam---------------------------------------------------------------------- 10
Sistem Penjenjangan Kurikulum Pendidikan Islam---------------------------------------------------- 10
Pola Organisasi Kurikulum Pendidikan Islam--------------------------------------------------------- 10

Bagian IX Metode Dalam Pendidikan Islam-------------------------------------------------------------------- 11
Hakikat metode pendidikan islam-------------------------------------------------------------------- 11
Dasar, Prinsip, dan Fungsi Kurikulum Pendidikan Islam---------------------------------------------- 11
Prosedur Pembuatan Kurikulum Pendidikan Islam--------------------------------------------------- 11
Asas-asas Pelaksanaan Metode Pendidikan Islam--------------------------------------------------- 12
Pendekatan Metode Pendidikan Islam--------------------------------------------------------------- 13
Bentuk Metode dan Tehnik Pendidikan Islam-------------------------------------------------------- 14

Bagian X Evaluasi Dalam Pendidikan Islam-------------------------------------------------------------------- 17
Pengertian Evaluasi Pendidikan---------------------------------------------------------------------- 17
Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam-------------------------------------------------------- 17
Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan Islam------------------------------------------------------------ 18
Sistem Evaluasi Dalam Pendidikan Islam------------------------------------------------------------- 18
Cara Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Islam--------------------------------------------------------- 19
Jenis-jenis Evaluasi Pendidikan Islam---------------------------------------------------------------- 19
Syarat-Syarat Evaluasi Pendidikan Islam------------------------------------------------------------- 20
Sifat, Macam-macam, Dan Teknik Evaluasi Pendidikan Islam---------------------------------------- 20

Bagian XI Kelembagaan Dalam Pendidikan Islam------------------------------------------------------------ 21
Pengertian dan bentuk-bentuk lembaga pendidikan islam--------------------------------------------- 21
Prinsip-prinsip Lembaga Pendidikan Islam----------------------------------------------------------- 22
Tanggung Jawab Lembaga Pendidikan Islam--------------------------------------------------------- 22
Keluarga Sebagai Lembaga Pendidikan Islam-------------------------------------------------------- 23
Masjid Sebagai Lembaga Pendidikan Islam---------------------------------------------------------- 25
Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam---------------------------------------------- 27
Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam------------------------------------------------------- 30
Tantangan Lembaga Pendidikan Islam Dalam Transformasi Sosial-Budaya--------------------------- 31
Daftar Pustaka---------------------------------------------------------------------------------------------------------- 225
Tentang Penulis--------------------------------------------------------------------------------------------------------- 265
RESUME ILMU PENDIDIKAN ISLAM (IPI)

Bagian I Pendahuluan : Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan-------------------------------------- 01

Pendidikan Islam merupakan salah satu disiplin ilmu keislaman yang membahas objek-objek di seputar kependidikan. Pemahaman hakikat pendidikan Islam sebenarnya tercermin di dalam sejarah dan falsafah Islam sendiri, sebab setiap proses pendidikan tidak terlepas dari objek-objek keislaman. Pendidikan Islam semula mengambil bentuk sebagai:
Pertama, asas-asas kependidikan. Asas-asas kependidikan yang dimaksud terakumulasi di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Tak satupun persoalan, termasuk persoalan pendidikan, yang luput dari jangkauan ajaran Islam, sekalipun cakupannya tidak menyentuh pada aspek-aspek teknik oprasional. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-An’am ayat 38: “Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” Dan QS. Al-Nahl ayat 89; “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. Dua ayat di atas memberikan isyarat bahwa perumusan pengembangan pendidikan cukup digali dari sumber autentik Islam, yaitu Al Quran dan Hadits.
Kedua, konsep-konsep kependidikan. Konsep-konsep kependidikan yang dimaksud merupakan hasil pemikiran, perenumgan dan interpretasi para ahli yang diinspirasikan dari Al-Quran dan As-Sunnah, baik tentang konsep: (1) antologi pendidikan, yang membahas hakikat Tuhan, manusia dan alam yang menjadi kajian utama dalam pendidikan Islam; (2) epistemologi pendidikan, yang membahas tentang epistemologi dan metodologi dalam pendidikan Islam; dan (3) aksiologi pendidikan, yang membahas tentang sisyem nilai yang dikembangkan dalam pendidikan Islam. Ketiga aspek tersebut telah terumuskan begitu rapi dari para filsuf Muslim (seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, Ibn Maskawaih, dan Ibnu Rusyd) dan para sufi (seperti al-Ghazali, Rabiah al-Adawiyah, Ibnu Qayyim).
Ketiga, teori-teori kependidikan. Teori-teori kependidikan yang dimaksud merupakan hasil kerja ilmiah dalam melihat pendidikan. Para ahli tidak lagi melihat pendidikan Islam dari sudut yang ideal dan normative yang bersumber dari asas dan konsep pendidikan Islam, tetapi lebih melihat dari sisi yang nyatanya. Sumber dari tata kerja ilmiah ini digali dari fenomena pendidikan yang berkembang pada orang atau masyarakat Islam. Apa yang terjadi di dunia empiris tentang orang atau masyarakat Islam dijadikan sebagai rujukan dalam membangun teori-teori kependidikan Islam. Dalam kontesk ini, persyaratan ilmiah (seperti riset dan eksperimen) menjadi bagian integral dalam membangun teori-teori pendidikan Islam.


BAGIAN II PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM -------------------------------------------------------- 09
PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM---------------------------------------------------------------- 09

Pemahaman tentang pendidikan islam dapat diawali dari penelusuran pengertian pendidikan islam, sebab dalam pengertian ini terkandung indokator-indikator esensial dalam pendidikan, penyimpulan ini lazimnya melahirkan pengertian termologi atau istilah dalam pendidikan islam.

PENGERTIAN ETIMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM------------------------------------------------- 10

Pendidikan dalam wacana keislaman lebih popular dengan istilah terbiyah, ta’lim, riyadhah, irsyad, dan tadris. Masing-masing istilah memiliki keunikan makna tersendiri ketika bagian atau semuanya disebut secara bersamaan. Semua istilah digunakan secara bergantian dalam mewakili peristilahan pendidikan islam.
Tarbiyah.
1.     Rabba, yarba, tarbuyah : yang memiliki makna ‘tambah’ (zad) dan ‘berkembang’ (nama) yang memiliki arti Pendidikan yang merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik.
2.     Rabba, yarubbu, tarbiyah : yang memiliki makna tumbuh (nasya’a) dan menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a) artinya, pendidikan merupakan usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik.
3.     Rabba, yarubbu, tarbiyah : yang memiliki makana memperbaiki (ashlaha), menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, member makan, mengasuh dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya. Artinya pendidikan merupakan usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik.
Merujuk pada kesamaan akar kata, konsep tarbiyah selalu saja dikaitkan dengan konsep tauhid rububiyah yang berarti mengEsakan Allah SWT. Tarbiyah dapat juga diartikan dengan “proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik, agar ia memiliki sikap semangat yang tinggi dengan memahami dan menyadari kehidupannya.
Ta’lim.
Ta’lim merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal dari kata ‘allama. Sebagai para ahli menerjemaahkan istilah tarbiyah dengan pendidikan, sedangkan ta’lim diterjemahkan dengan pengajaran. Muhammad Rasyid Ridhah mengartikan ta’lim dengan : proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Pengertian ini didasarkan atas firman Allah SWT. Dalam surat Al-Baqoroh ayat 31 “ dan dia mengajarkan (allama) kepada adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman : sebutkan kepada-ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang beriman.
Ta’dib
Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santu, tata karma, adab, budi pekerti, akhlak moral, dan etika. Ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga pembimbing kea arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan tuhan. 

Riyadhah.
Riyadhah secara bahasa diartikan dengan pengajaran dan pelatihan. Menurut al-bastani, riyadhah dalam konteks pendidikan berarti mendidik jiwa akhlak yang mulia. Riyadhah dapat dibagi menjadi dua macam yaitu : 1) riyadhah al-jisim, pendidikan olahraga yang dilakukan melalui gerakan fisik atau pernapasan yang bertujuan untuk kesehatan jasmani manusia, 2) riyadhah al-nafs, pendidikan oleh batin yang dilakukan melalui olah piker dan olah hati yang bertujuan untuk memperoleh kesadaran dan kualitas rohani.
Pemilihan Istilah Pendidikan Dalam Islam
Dalam khazanah islam, terdapat dalam macam istilah yang masing-masing berkemungkinan menjadi peristilahan dalam pendidikan islam :
1. Kubu yang mengajukan istilah al-tarbiyah
2. Kubu yang mengajukan istilah al-ta’lim
3. Kubu yang mengajukan istilah al-ta’dib
4. Kubu yang mengajukan istilah al-riyadhah

PENGERTIAN TERMINOLOGI PENDIDIKAN ISLAM--------------------------------------------- 25
Sebelum perumusan pengertian terminologi pendidikan islam berdasarkan pengertian etimologi di atas, berdasarkan beberapa pengertian dikemukakan oleh para ahli, serta beberapa pemahaman yang diturunkan dari beberapa istilah dalam pendidikan islam, seperti tarbiyah, ta’lim, ta’dib, dan riyadhah, maka pendidikan islam dapat dirumuskan sebagai berikut : proses transternalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya.





BAGIAN III SUMBER DAN DASAR PENDIDIKAN ISLAM------------------------------------------- 31

SUMBER PENDIDIKAN ISLAM--------------------------------------------------------------------- 31
Sumber pendidikan islam yang dimaksudkan disini adalah semua acuan atau rujuakan yang darinya memancaarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan ditransinternalisasiakan dalam pendidikan islam.
Menurut Sa’id Islmail Ali, sebagaimana yang dikutip oleh hasan langgulung, sumber pendidikan islam terdiri atas enam macam, yaitu al-Qur’an, As-sunah, Kata-kata sahabat, kemaslahatan umat, tradisi atau adat kebiasaan masyarakat dan hasil pemikiran para ahli dan pemikiran islam. Keenam sumber psndidikan islam tersebut didudukan secara hiarerkas. Artinya, rujuakan pendidikan islam di awali al-Qur’an untuk kemudian dilanjukan pada sumber-sember berikutnya.
1. Sejarah pendidikan islam
Dalam al-Qur’an disebutkan kisah-kisah nabi yang berkaitan dengan pendidikan.
a.       Kisah nabi Adam as, sebagai manusia pertama yang merintis proses pengajaran (ta’lim)
b.      Kisah nabi Nuh as, yang mampu mendidik dan mengentaskan masyarakat dari banjirkemaksiatan melalui perahu keimanan.
c.       Kisah nabi Shalih as, yang salih cerdas, dan tubuhnya kuat.
d.      Kisah nabi Ibrahim as, yang memiliki kepribadian ketuhanan yang tangguh meskipun hidup meskipun dibuang kehutan belantara.
e.       Kisah nabi Ismail as, yang mampu bertahan hidup pada stuasi dan kondisi yang serba sulit, gersang dan tanpa tergantung pada orang lainmeskipun ayah sendiri.
f.        Dan kisah-kisah nabi yang lainnya.
2. Nilai-nilai normative pendidikan
1.   I’tiqadiyyah, yang berkaitan dengan pendidikan keimanan, seperti percaya kepada Allah, Malaikat, rasul, kitab, hari akhir dan takdir.
2.   Khuluqiyyah, yang berkaitang dengan pendidikan etika, yang bertujuan untuk membersihkan diri dari perilaku rendah yang menghiasi diri.
3.   Amaliyyh, yang berkaitan dengan pendidikan tingkah laku sehari-hari.

DASAR PENDIDIKAN ISLAM----------------------------------------------------------------------- 44
Dasar pendidikan islam merupakan landasan operasional yang dijadikan untuk merealisasikan dasar ideal /sumber pendidikan islam, dalam islam dasar oprasonal segala sesuatu adalah agama, sebab agama menjadi frame bagi setiap aktivitas yang bernuansa keislaman. Dengan agama maka semua aktivitas pendidikan menjadi bermakna.
1. Dasar historis
Dasar historis adalah dasar yang berorientasi pada pengalaman pendidikan masa lalu, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan-peraturan, agar kebijakan yang ditempuh masa kini akan lebih baik.
2. Dasar sosiologi
Dasar Sosiologi adalah dasar yang memberikan kerangka social budaya, yang mana dengan sosio budaya itu pendidikan, dasar ini juga berfungsi sebagai tokoh ukur dalam prestasi belajar.
3. Dasar Ekonomi
Dasar ekonomi adalah yang memberikan prespektif tentang potenasi-potensi financial, menggali dan mengatur sumber-sumber, serta bertanggung jawab terhadap rencana dan anggaran pembelanjaan.
4. Dasar Politik dan admistratif
Dasar politik dan administratife adalah dasar yang memberikan bingkai ideologis, yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dalam rencana bersama-sama.
5. Dasar Psikologi
Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan informasi tentang bakat, watak, karakter, motivasi dan inovasi peserta didik, pendidik, tenaga administrasi, serta suber daya manusia lainnya.
6. Dasar Filosofi
Dasar filosofi adalah dasar yang memberikan arah suatu system , mengontrol dan member arah kepada semua dasar-dasar oprasional lain.
7. Dasar Religius
Dasar religious adalah dasar yang diturunkan dari ajaran agama. Dasar ini secara detail telah dijelaskan pada sumber pendidikan islam.

BAGIAN IV TUGAS DAN FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM -------------------------------------------- 51

TUGAS PENDIDIKAN ISLAM----------------------------------------------------------------------- 51
Tugas pendidikan islam senantiasa bersambung (continue ) dan tanpa batas. Hal karena hakekat pendidikan islam merupakan proses tanpa akhir sejalan dengan consensus universal yang di tetapkan oleh Allah SWT, dan rasul-Nya.
Pendidikan sebagai Pengembangan Potensi
Tugas pendidikan islam ini merupakan realisasi dari pengertian tarbiyyah al-insya (menumbuhkan atau mengaktualisasikan potensi). Asumsi tugas ini adalah bahwa manusia mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan, sedangkan pendidikan merupakan proses untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi tersebut. Pendidikan berusaha untuk menempakan (aktualisasi) potensi-potensi laten tersebut yang dimiliki oleh setiap pesrta didik.
Pendidikan sebagai Pewarisan Budaya
Tugas pendidikan islam ini sebagai realisasi dari pengertian tarbiyah al-tablig ( menyampaikan atau transformasi kebudayaan ). Tugas pendidikan selanjutnya adalah mewariskan nilai-nilai kebudayaan islami. Hal ini karena kebudayaan islam akan mati bila nilai-nilai dan norma-normanya tidak berfungsi dan belum sempat diwariskan pada generasi berikutnya.

Interaksi antara Pengembangan Potensi dan Pewarisan budaya
Manusia secara potensial mempunyai potensi dasar yang dilakukan dalam lengkapi dengan peradaban dan kebudayaan islami. Demikian juga, aplikasi peradaban dan kebudayaan harus relevan dengan kebutuhan dan perkembangan potensi dasar manusia. Tanpa memelihara kebutuhan dan perkembangan itu, peradaban dan kebudayaan hanya akan menambah beban hidup yang akan mengakibatkan kehidupan yang anomaly atau kehidupan yang menyalahi ‘desain’ awal Allah SWT ciptakan.

FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM---------------------------------------------------------------------- 68

Faktor-faktor pendidikan bisa berfungsi secara interaksional (saling memengaruhi) yang bermuara pada tujuan pendidikan yang diinginkan. Sebaliknya, arti tujuan intitusional mengandung implikasi bahwa proses kependidikan yang terjadi di dalam struktur organisasi itu dilembagakan untuk menjamin proses pendidikan yang berjalan secara konsisten dan berkesinambungan yang mengikuti kebutuhan dan perkembangan manusia dan cenderung ke arah tingkat kemampuan yang optimal. Oleh karena itu, terwujudlah berbagai jenis dan jalur kependidikan yang formal, informal, dan nonformal dalam masyarakat. Menurut Kurshid Ahmad, yang dikutip Ramayulis, fungsi pendidikan Islam adalah sebagai berikut: 
1.      Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan bangsa. 
2.      Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.



BAGIAN V TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM----------------------------------------------------------------- 71

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM---------------------------------------------------------------------- 71
Tujuan pendidikan islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya, misalnya tentang : tujaun dan tugas hidup manusia. Manusia hidup bukan karena kebetulan dan sia-sia. Ia diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas hidup tertentu. Tujuan diciptakan manusia hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT. 
Memperhatikan sifat-sifat dasar manusia, yaitu konsep tentang manusia sebagai mahluk unik yang mempunyai beberapa potensi bawaan, seperti fitrah, bakat, sifat dan karakter, yang kecendringan pada kebenaran tuhan, berupa agama islam. Tuntunan Masyarak, tuntunan ini baik berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam kehidupan suatu masyarakat. Dimensi-dimensi kehidupan ideal islami. Dimensi kehidupan dunia ideal islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahtraan kehidupan manusia didunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bakal kehidupan di akhirat, serta mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang lebih membahagiyaan.

PRINSIP-PRINSIP DALAM FORMULASI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM----------------------- 73
1.      Prinsip universal, prinsip yang memandang ke seluruh aspek agama (akidah, ibadah dan akhlak, serta muamalah), manusia (jasmani, rohani, dsn nafsani), masyarakat dan tata kehidupannya, serta adanya wujud jagat raya dan hidup.
2.       Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan. Prinsip ini adalah keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan pada peibadi, sebagai kebutuhan individual dan komunitas.
3.      Prinsip kejelasan. Prinsip yang didalamnya terdapat ajaran dan hukum yang memeberi kejelasan terhadap kejiwaan manusia (qalb, akall dan hawa nafsu) dan hukum masalah yang dihadapi, sehingga terwujud tujuan, kurikulum, dan metode pendididkan.
4.      Prinsip tak bertentangan. Prinsip yang didalamnya ketidakan pertentangan antara berbagai unsurdan cara pelaksanaan.
5.      Prinsip realism dan dapat dilakasanakan. Prinsip yang menyatakan tidak adalanya kekayalan dan kandungan program pendidikan.
6.      Prinsip perubahan yang diinginkan.
7.      Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individual.
8.      Prinsiip dinamis dalam menerima perubahan dan perkembangan yang terjadi.

KOMPONEN-KOMPONEN TUJUAN PENDIDIKAN---------------------------------------------- 75

Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan kristalisasi nilai-nilai yang ingin diwujudkan dalam pribadi peserta didik. Tujuan akhir harus lengkap (comprehensive) mencakup semua aspek, serta terintegrasi dalam pola kepribadian ideal yang bulat dan utuh. Tujuan akhir mengandung nilai-nilai islami dalam segala aspeknya, yaitu aspek normatif, aspek fungsional, dan aspek operasional. Hal tersebut menyebabkan pencapaian tujuan pendidikan tidak mudah, bahkan sangat kompleks dan mengandung resiko mental-spritual, lebih-lebih lagi menyangkut internalisasi nilai-nilai islami, yang didalamnya terdapat iman, Islam, ihsan, serta ilmu pengetahuan menjadi pilar-pilar utamanya.
Secarateoritis, tujuan akhir dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
1.         Tujuan normatif. Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan norma-norma yang mampu mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak diinternalisasi, misalnya:
•       Tujuan formatif yang bersifat memberi persiapan dasar yang korektif.
•       Tujuan selektif yang bersifat memberikan kemampuan untuk membedakan hal-hal yang benar dan yang salah.
•       Tujuan determinatif yang bersifat memberi kemampuan untuk mengarahkan diri pada sasaran-sasaran yang sejajar dengan proses kependidikan.
•       Tujuan integratif yang bersifat memberi kemampuan untuk memadukan fungsi psikis (pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan nafsu) ke arah tujuan akhir.
•       Tujan aplikatif yang bersifat memberikan kemampuan penerapan segala pengetahuan yang telah diperoleh dalam pengalaman pendidikan.
2.        Tujuan fungsional. Tujuan yang sasarannya diarahkan pada kemampuan prserta didik untuk memfungsikan daya kognisi, afeksi, dan psikomotorik dari hasil pendidikan yang diperoleh, sesuai dengan yang ditetapkan. Tujuan ini meliputi:
•         Tujuan individual, yang sasarannya pada pemberian kemampuan individual untuk mengamalkan nilai-nilai yang telah diinternalisasikan ke dalam pribadi berupa moral, intelektual dan skill.
•         Tujuan sosial, yang sasarannya pada pemberian kemampuan pengamalan nilai-nilai ke dalam kehidupan sosial, interpersonal, dan interaksional dengan orang lain dalam masyarakat.
•         Tujuan moral, yang sasarannya pada pemberian kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan moral atas dorongan motivasi yang bersumber pada agama (teogenetis), dorongan sosial (sosiogenetis), dorongan psikologis (psikogenetis), dan dorongan biologis (biogenetis).
•         Tujuan profesional, yang sasarannya pada pemberian kemampuan untuk mengamalkan keahliannya, sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
3.        Tujuan operasional. Tujuan yang mempunyai sasran teknis manajeria. Menurut Langeveld, tujuan ini dibagi menjadi enam macam, yaitu:
•         Tujuan umum (tujuan total). Menurut Kohnstam dan Guning, tujuan ini mengupayakan bentuk manusia kamil, yaitu manusia yang dapat menunjukan keselarasan dan keharmonisan antara jasmani dan rohani, baik dalam segi kejiwaan, kehidupan individu , maupun untuk kehidupan bersama yang menjadikan integritas ketiga inti hakikat manusia.
•         Tujuan khusus. Tujuan ini sebagai indikasi tercapainya tujuan umum, yaitu tujua pendidikan yang disesuaikan dengan keadaan tertentu, baik berkaitan dengan cita-cita pembangunan suatu bangsa, tugas dari suatu badan atau lembaga pendidikan, bakat kemampuan peserta didik, seperti memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk bekal hidupnya setelah ia tamat, dan sekaligus merupakan dasar persiapan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.
•         Tujuan tak lengkap. Tujuan ini berkaitan dengan kepribadian manusia dari satu aspek saja, yang berhubungan dengan nilai-nilai hidup tertentu, misalnya kesusilaan, keagamaan, kaindahan, kemsyarakatan, pengetahuan, dan sebagainya. Setiap aspek ini mendapat giliran penanganan (prioritas) dalan usaha pendidikan atau maju bersama-sama secara terpisah.
•         Tujuan insidental (tujuan seketika). Tujuan ini timbul karena kebetulan, bersifat mendadak, dan bersifat sesaat, misalnya mengadakan shalat jenazah ketika ada orang yang meninggal.
•         Tujuan sementara. Tujuan yang ingin dicapai pada fase-fase tertentu dari tujuan umum, seperti fase anak yang tujuannya belajar membaca dan menulis.
•         Tujuan intermedier. Tujuan yang berkaitan dengan penguasaan suatu pengetahuan dan keterampilan demi tercapainya tujuan sementara, misalnya anak belajar membaca dan menulis, berhitung dan sebagainya.
Komponen-komponen tujuuan pendidikan di atas tidak hanya terfokus pada tujuan yang bersifat teoritis, tetapi juga bertujuan praktis yang sasrannya pada pemberian kemampuan praktis peserta didik. Hal ini dilakukan agar setelah menyelesaikan studinya, mereka dapat mengaplikasikan ilmunya dengan penuh kewibawaan dan professional mengingat kompetensi yang dimiliki telah memadai.

FORMULASI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM------------------------------------------------------ 78
Abd al-rahman Shaleh Abd Allah dalam bukunya Edukation Theory, a Qur’anic outlook, menyatakan tuujuan pendidikan islam dapat diklasifikasikan menjadi empat dimensi :
1.         Tujuan pendidikan jasmani (al-ahdaf al-jismiyah) mempersiapkan manusia sebagai pengemban tugas khalifah di bumi melalui keterampilan keterampilan fisik.
2.         Tujuan pendidikan arohani (al-ahdaf al-ruhuniyah) meningkatkan manusia dari kesetiaan yang hanya kepada Allah SWT. Semata dan melaksanakan moralitas yang sangat islami.
3.         Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-aqliyah) pengarahan inteligensi untuk menemuka kebenaran dan sebab-sebabnya dengan telaah tanda-tanda kekuasaan Allah dan menemukan pesan-pesan ayat-ayat-Nya,
4.         Tujaun pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah) tujuan pendidikan sosial adalah pembentukan kepribadian yang utuh yang menjadi bagi diri komunitas sosial.

BAGIAN VI PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM------------------------------------------------ 87
DEFINISI PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM---------------------------------------------- 87
Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT.
Pendidik pertama dan utama adalah orang tua sendiri. Mereka berdua yang bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya.kesusksessan anak kandung merupakan cermin atas kesuksesan orang tua juga. Sebagai pendidik pertama dan utama terhadapa anak-anaknya, orang tua tidak selamanya memiliki waktu yang leluasa dalam mendidik anak-anaknya. Selain karena kesibukan kerja, tingkat efektifvitas dan efesiensi pendidikan tidak akan baik jika pendidikan hannya dikelola secara alamiah.
KEDUDUKAN PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM---------------------------------------- 88
Pendidik mempunyai kedudukan tinggi dalam islam. Dalam beberapa hadits disebutkan : “jadilah engkau sebagai guru, atau pelajar dan pendengar, atau pencinta dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, sehingga enkau menjadi rusak,” dalam hadits Nabi yang lainnya : “tinta orang ilmuan (yang menjadi guru) lebih berharga daripada darah para syuhada.
TUGAS PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM------------------------------------------------ 90
Tugas pendidika yang utama adalah menyempurnakan, memebersihkan, menyucikan serta membawa, hati manusia untuk mendekati diri kepada Allah SWT. Jika pendidik belum mampu membiasakan diri dalam peribadatan pada peserta didiknya, maka ia menagalami kegagalan dan tugasnya, sekalipun peserta didinya memiliki prestasi akademis yang luar biasa.
KOMPETENSI-KOMPENTENSI PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM-------------------- 93
Berdasarkan hadits dan ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa siapapun dapat menjadi pendidik dalam pendidikan islam dengan catatan ia memiliki pengetahuan dan kekampuan lebih.
KODE ETIK PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM------------------------------------------- 97
Kode etika, adalah norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan antar pendidik dan peserta didik, orang tua pesrrta didik, kolegannya, serta dengan atasannya.

BAGIAN VII PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM ------------------------------------- 103
DEFINISI PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM--------------------------------------- 103
Peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religious, dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Dalam istilah tasauf, peserta didik sering kali disebut dengan “murid atau thalib”. Istilah murid atau thalib ini sesungguhnya memiliki keladaman makna dari pada penyebutan siswa, artinya dalam proses pendidikan itu terdapat individu yang secara sungguh sungguh menghendaki dan mencari ilmu pengetahuan.
PARADIGMA PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM----------------------------------- 104
Dalam proses belajar mengajar, seorang siswa harus sedapat munkin memahami hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan objek pendidik. Beberapa hal yang perlu di pahami mengenai peserta didik adalah :
4.        Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri, singga metode belajar mengajar tidak boleh disamakan dengan orang dewasa.
5.        Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan untuk semaksimal mugkin. Terdapat lima hakekat kebutuhan yang dikelompokan dalam dua kattegori : a) kebutuhan-kebutihan taraf dasar yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman dan terjamin, cinta dan ikut memiliki, dan harga diri, b) metakebutuhan-metakebutuhan (meta needs).
6.        Pesrta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu lainnya, baik dalam perbedaan yang disebabkan dari paktor endogen (fitrah) msupun eksogen (lingkungan).
7.         Peserta didik dipandang sebagai kesatuan system manusia.
8.        Peserta didik merupakan subjek dan objek seklaigus dalam pendidikan yang dimungkinkan dapat aktif, kreatif dan produktif.
9.        Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan memounyai pola perkembangan serta tempo dalam iramanya.

SIFAT-SIFAT DAN KODE ETIK PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM-------------- 113
Sifat-sifat kode etik pesrta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Al-Ghazali merumuskan sebelas pokok kode etik :
1.         Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.
2.         Mengurangi keceendrungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi.
3.         Bersifat tawadhu atau rendah hati
4.         Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran, sehingga ia trfokus dan dapat memperoleh satu kompotisi yang utuh dan mendalam dalam belajar
5.         Mempelajrari ilmu-ilmu yang terfuji (mahmudah), baik untuk ukhrawi maupun duniawi
6.         Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memmulai pelajaran yang mudah.
7.         Belajar ilmu dengan tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lain
8.         Mengenal nilai-nilai ilmu pengetahuan yang dipelajari sehingga mendatangkan ojektivitas dalam memandang suatu masalah
9.         Memprioritaskan mempelajari ilmu diniyah yang terkait dengan kewajiban sebagai mahluk Allah SWT.
10.     Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu ilmu yang bermanfaat dapat membahagiakan
11.     Peserta didik harus tunduk pada nasehat pendidik sebagai mana tuntuknya orang sakit terhadap dokternya.

BAGIAN VIII KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM------------------------------------------------------ 121
Setiap pendidikan ilmiayah memerlikan suatu pencernaan dan organisasi yang duilaksanakan secara sistematis dan stuktur. Dalam pendidikan perlua adanya program yang tercerna dan dapat menghantar proses pendidikan sampai pada tujuan yang diingainkan. Proses pelaksanaan, sampai penilaian dalam pendidikan lebih dikenal dengan istilah “kurikulum pendidikan”. Komponen kurikulum dalam pendidikan sangat berarti karena merupakan oprasionalisasi tujuan yang dicita-citakan bahkan tujuan tidak akan tercapai tanpa keterlibatan kurikulum pendidikan. Untuk itu komponen kurikulum pendidikan setidak-tidaknya mencakup empat klaster (kelompok) pokok yaitu :
1. Klaster komponen dasar
2. Klaster komponen pelaksanaan
3. Klaster koponen pelaksanaan dan pendukung kurikulum
4. Klaster komponen usaha-usaha pengembangan

HAKIKAT KURIKULUM PENDIDIKAN------------------------------------------------------------ 122
Dilihat dari fungsi kurikulum maupun tujuannya hakikat kurikulum adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujauan mencapai tujuan yang diinginkan.
DASAR, PRINSIP, DAN FUNGSI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM-------------------------- 124
Dasar kurikulum adalah kekuatan-kekuatan utama yang mempengaruhi dan membentuk mareti kurikulum, susunan atau organisasi kurikulum. Dalam perspektif islam, bahwa suatu kurikulum dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena belum memasukan dasar religius yang wajib diresapi oleh peserta didik sejalan dengan tujuan yang ditetapkan.
Dasar Religi
Dasar yang ditetapkan berdasarkan nilai-nilai ilahi yang tertuang dalam Al-Qur’an maupun As-sunnah, karena kedu kitab merupakan nilai kebenaran yang universal, abadi dan bersifat futuristik.
Dasar Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan islam, dengan dasar filosofis, sehingga susunan kurikulum mengandung suatu kebenaran, terutama kebenaran dibidang nilai-nilai ebagai pandangan hidup yang diyakini sebagai suatu kebenaran.
Dasar Psikologis
Dasar ini mempertimbangkan tehapan psikis peserta didik, yang berkaitan dengan perkembangan jasmani , intlektual, bahasa, emosi, sosial, kebutuhan dan kegiatan individu, minat dan kecakapan.
Dasar sosiaologi
Dasar sosiologi memberikan implikasi bahwa kurikulum pendidikan memegang peran penting terhadap penyampaian dan pengembangan kebudayaan, proses sosialisasi individu, dan rekontruksi masyarakat. Meskipun sering kita temikan kesulitan bentuk-bentuk- kebudayaan macam apa yang patut disampaikan serta ke arah mana proses sosialisasi, dan bentuk masyarakat yang bagai mana yang ingin di kotruksikan sesuai dengan tuntunan masyarakat.
Dasar organisasi
Dasar ini mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran, yakni organisasi kurikulum. Dasar ini berpijak pada psikologi asosiasi, yang menganggap keseluruhan adalah jumlah bagian-bagiannya, sehingga menjadi kurikulum merupakan mata kuliah yang terpisah-pisah.

ORIENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM-------------------------------------------------- 135

Pada dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya dapat dirangkum menjadi lima, yaitu :
a. Orientasi Pelestarian Nilai- Nilai
Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai yang turun dari Allah atau nilai Ilahiah dan nilai insaniah yaitu nilai yang tumbuh dan berkembang dari peradaban manusia. Dari kedua nilai ini akan membentuk norma – norma atau kaidah – kaidah kehidupan yang dianut dan melembaga pada masyarakat yang mendukungnya.
b. Orientasi pada Kebutuhan Sosial
Orientasi kurikulum adalah bagaimana memberikan kontribusi positif dalam perkembangan social dan kebutuhannya, sehingga out put di lembaga pendidikan mampu menjawab masalah- masalah yang dihadapi masyarakat.
c. Orientasi pada Tenaga Kerja
Manusia sebagai makhluk biologis yang memiliki unsur mekanisme jasmaniah yang membutuhkan kebutuhan – kebutuhan lahiriah. Maka dari itu kurikulum pendidikan diarahkan agar dapat memenuhi kebutuhan kerja. Setelah lulus dari lembaga sekolah peserta didik diharapkan memiliki kemampuan dan ketrampilan yang profesional, produktif, kreatif, dan inovatif sehingga mampu mendayagunakan sumber daya alam secara positif.
d. Orientasi pada Peserta Didik
Kurikulum ini diarahkan agar dapat memenuhi kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuannya yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik.
e. Orientasi pada masa depan Perkembangan Iptek
Kemajuan suatu zaman ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta produk- produk yang dihasilkannya. Dengan adanya kemajuan iptek ini tuntutan kita adalah membuat dan mengimplikasikan kurikulum pendidikan yang selaras dengan kemajuan iptek, sehingga produk yang di hasilkan bukan hanya membentuk insan yang bertaqwa kepada Allah saja, akan tetapi bisa mengahasilkan sarjana - sarjana tehnologi yang bertaqwa.

MODEL-MODEL KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM--------------------------------- 144

·        Kurikulum sebagai model subjek akademis
Model kurikulum ini sangat mengutamakan pengetahuan, sehingga pendididkan diarahkan lebih bersifat intlektual. Konotasi model ini tidak hanya menerima apa yang disampaikan dalam perkembangan, tetapi tuga menerima proses belajar yang dialami peserta didik. Secara umum kurikulum model subjek akademis dipandang sebagai model yang masih sepihak, dan belum mampuh mengintegrasikan antara nilai lama dan nilai baru.
·        Kurikulum sebagai nilai humastik (Aktualisasi Diri)
Karekteristik kurikulum model humastik berfungsi menyediakan pengalaman yang berharga bagipeserta didik dan membantu kelancaran perkembangan pribadi peserta didik,
·        Kurikulum Sebagai Model Rekontruksi Sosial
Kurikulum model ini difokuskan pada prolem yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Model kurikulum ini bersumber dari aliran pendidikan interaksional.
·        Kurikulum sebagai Model Teknologi
Kurikulum sebagai model teknologi pendidikan menekankan pada penyusunan program pengajaran dan rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem. Program pengajaran ini dapat menggunakan sisitem saja, atau juga dengan alat atau media.
·        Kurikulum sebagai Model Proses Kognitif
Kurikulum ini bertujuan mengembangakan kemampuan mental, antara lain berfikir dan berkeyakinan bahwa kemampuan tersebut dapat ditransfer atau diterapkan pada bidang-bidang lain,.

ISI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM------------------------------------------------------------ 148
Finc dan Crunkitton menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang perlu di perhatikan dalam perumusan isi kurikulum pendidikan, yaitu 1). Waktu dan biaya yang tersedia; 2). Tekanan internal dan eksternal; 3). Persyaratan tentang isi kurikulum dari pusat maupun daerah; 4). Tingkat dari isi kurikulum yang akan disajikan,.

SISTEM PENJENJANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM--------------------------------- 154
Kurikulum pendidikan islam bersifat dinamis dan kontinu (berkesinambungan), disusun berdasarkan pertimbanga-pertimbangan khusus, terutama masalah kemampuan inteligensia dan mental peserta didik. Dari si dapat ditententukan bobot materi yang diberikan :
1.   Untuk tingkat dasar (Ibtidaiyah). Bobot materi hanya menyangkut pokok-pokok ajaran islam, misalnya masalah akidah, masalah syariah, dan masalah akhlak.
2.   Untuk tingkat menengah pertama (Tsanawiah). Bobot materi mencakup bobot materi yang diberikan pada jenjang dsar dan ditamnbah dengan argumen-argumen dari dalil naqli dan dalil aqli.
3.   Untuk tingkat menengah Atas (Aliyah). Bobot materi mencakup bobot materi yang diberikan pada jenjang Dasar dan Jenjang Menengah Pertama ditambah dengan hikmah-hikmah dan manfaat dibalik materi yang diberikan
4.   Untuk tingkat Perguruan Tinggi (Jami’iyah). Bobot materi mencakup bobot materi yang diberikan pada jenjang Dasar dan Jenjang Menengah Pertama, ditambah dengan materi yang bersifat ilmiah dan filosofis.

POLA ORGANISASI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM---------------------------------------- 158
Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada peserta didik, atau stuktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pendidikan atau pengajaran yang hendak disampaikan pada peserta didik.
Uraian model-model kurikulum di atas, pada dasarnya menuntun adanya pola organisasi kurikulum yang dapat menghantar tercapainya model-model kurikulum tersebut, misalnya untuk model kurikulum sebagai subjek akademis.
Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran Terpisah-pisah
Jenis kurikulum ini bertujuan agar generasi muda mengenal hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan sejak berabad-abad. Mereka perlu mencari dan menemukan lagi apa yang diperoleh generasi-generasi terdahulu.
Penggunaan jenis kurikulum ini sedikit mendapat proporsi dalam desain kurikulum pendidikan islam, karena desain masih dalam taraf pemula atau taraf verbalistik untukuntuk peserta didik.
Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran Gabungnan
Jenis ini merupakan modifikasi dari kurikulum mata pelajaran yang terpisah-pisah. Agar pengetahuan pesertta didik tidak terpisah-pisah, maka disusunlah hubungan antara dua mata pelajaran atau lebih, yang dapat dipandang sebagai kelompok yang memepunyai hubungan erat.


BAGIAN IX METODE DALAM PENDIDIKAN ISLAM------------------------------------------------- 165
HAKIKAT METODE PENDIDIKAN ISLAM--------------------------------------------------------- 165
Dari beberapa pengertian yang diformulasikan oleh para pakar tentang pengertian Metode dan Pendidikan Islam. Kita dapat menyimpulkan tentang pengertian Metode Pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh al-Syaibaniy yaitu, segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Ahmad Tafsir secara umum membatasi bahwa metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kemudian Abdul Munir Mulkan, mengemukakan bahwa metode Pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada anak didik.
Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat membawa arti sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga dapat terlihat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islami. Selain itu metode pendidikan Islam dapat diartikan sebagai cara untuk memahami, manggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

DASAR, PRINSIP, DAN FUNGSI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM-------------------------- 167
Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam lebih berdaya guna dan  berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap. Uraian itu menunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk berlajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan berlajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik. Disamping itu, dalam uraian tersebut ditunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan adalah member i inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan islam.
Tugas utama metode pendidikan islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang tereasilasi melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini materi yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan oleh pikiran. Selain itu, tugas utama metode tersebut adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan bagaimana faktor-faktor tersebut diharapkan menjadi pendorong kea rah perbuatan nyata.

PROSEDUR PEMBUATAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM--------------------------------- 168
Prosedur pembuatan metode pendidikan islam adalah dengan memperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhinya,yang meliputi :
1.      Tujuan pendidikan islam. Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa pendididkan itu di laksanakan. Tujuan pendidikan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pembinaan akal pikiran, seperti kecerdasan, kepandaian, daya nalar), aspek afektif (pembinaan hati, seperti pengembangan rasa, kesadaran, kepekaan emosi dan kematangan spiritual) dan aspek psikologi motorik (pembinaan jasmani, seperti badan sehat, mempunyai ketrampilan)
2.      Peserta didik. Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa dan bagaimana metode itu mampu mengembangkan peserta didik dengan mempertimbangkan berbagai tingkat kematangan, kesanggupan, dan kemampuan yang di miliki.
3.      Situasi. Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan bagaiman serta kondisi lingkungan yang mempengaruhinya.
4.      Fasilitas. Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan dimana dan bilamana termasuk juga berbagai fasilitas dan kuantitasnaya.
5.      Pribadi pendidik. Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan oleh siapa serta kompetensi dan kemampuan profesionalnya yang berbeda – beda.
Tidak selamanya satu metode selalu baik untuk saat yang berbeda-beda. Baik tidaknya tergantung pada beberapa faktor yang mungkin berupa situasi dan kondisi, atau persesuaian dengan selera, atau juga karena metodenya sendiri belum memenuhi syarat sebagai metode yang serbaguna, semuanya sangat ditentukan oleh pihak yang menciptakan dan melaksanakan metode juga objek yang menjadi sasarannya.

ASAS-ASAS PELAKSANAAN METODE PENDIDIKAN ISLAM---------------------------------- 170
Sesungguhnya metode pendidkan Islam memiliki asas-asas dimana ia tegak berdiri dan memperoleh unsur, tujuan, dan prinsip-prinsip. Asas-asas tersebut pada prinsipnya tidak banyak berbeda dengan asas-asas tujuan dan kurikulum pendidikan Islam. Konsep ini menggambarkan bahwa seluruh komponen yang terkait dalam proses pendidikan Islam adalah merupakan satu kesatuan yang membentuk suatu sistem. Secara umum, Asas-asas metode pendidikan Islam itu menurut al-Syaibany, adalah:
1.      Asas Agama, yaitu prinsip-prinsip, asas-asas dan fakta-fakta umum yang diambil dari sumber asasi ajaran Islam, yakni al-Qur'an dan Sunnah Rasul.
2.      Asas Biologis, yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan usia peserta didik.
3.      Asas Psikologis, yaitu prinsip yang lahir diatas pertimbangan kekuatan psikologis, seperti motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, bakat dan kecakapan akal atau kapasitas intelektual.
4.      Asas Sosial, yaitu asas yang bersumber dari kehidupan sosial manusia seperti tradisi, kebutuhan-kebutuhan, harapan-harapan dan tuntutan kehidupan yang senantiasa maju dan berkembang.
Sementara dari sudut pandang pelaksanaannya, asas-asas pendidikan Islam dapat diformulasikan kepada:
1.      Asas Motivasi, yaitu usaha pendidik untuk membangkitkan perhatian peserta didik kearah bahan pelajaran yang sedang disajikan.
2.      Asas Aktivitas, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ambil bagian secara aktif dan kreatif dalam seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan.
3.      Asas Apersepsi, mengupayakan respon-respon tertentu dari peserta didik sehingga mereka memperoleh perubahan pada tingkah laku, pembendaharaan konsep, dan kekayaan akan informasi.
4.      Asas Peragaan, yaitu memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam bentuk aslinya maupun tiruan.
5.      Asas Ulangan, yaitu usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap
6.      Asas Korelasi, menghubungkan suatu bahan pelajaran dengan bahan pelajaran lainnya, sehingga membentuk mata rantai yang erat.
7.      Asas Konsentrasi, yaitu memfokuskan pada suatu pokok masalah tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksankan tujuan pendidikan serta memperhatikan peserta didik dalam segala aspeknya.
8.      Asas Individualisasi, yaitu memperhatikan perbedaan-perbedaan individual peserta didik.
9.      Asas Sosialisasi, yaitu menciptakan situasi sosial yang membangkitkan semangat kerjasama antara peserta didik dengan pendidik atau sesama peserta didik dan masyarakat, dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna.
10.  Asas Evaluasi, yaitu memperhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai umpan balik pendidik dalam memperbaiki cara mengajar.
11.  Asas Kebebasan, yaitu memberikan keleluasan keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacu pada hal-hal yang positif.
12.  Asas Lingkungan, yaitu menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan.
13.  Asas Globalisasi, yaitu memperhatikan reaksi peserta didik terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, sosial dan sebagainya.
14.  Asas Pusat-pusat Minat, yaitu memperhatikan kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan suatu yang berharga bagi seseorang.
15.  Asas Ketauladanan, yaitu memberikan contoh yang terbaik untuk ditiru dan ditauladani peserta didik.
16.  Asas Kebiasaan, yaitu mambiasakan hal-hal positif dalam diri peserta didik sebagai upaya praktis dalam pembinaan mereka.

PENDEKATAN METODE PENDIDIKAN ISLAM--------------------------------------------------- 176
      Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi,menginsipi rasi, menguatkan, dan melatari metode pendidikan dengan cakupan teoritis tertentu.
1. Pendekatan Tilawah
Pendekatan Ini meliputi membacakan ayat-ayat Alloh yang bertujuan memandang fenomena alam sebagai tanda kekuasannya, hal ini mempunyai indikasi tafakkur (berfikir) dan tadzakkur (berdzikir) sedangkan aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah, dan kegiatan ilmiah lainnya, dengan landasan Al-Qur`an dan Al-Hadist misalnya pengkajian, penelitian dan lain sebagainya.
2. Pendekatan Tazkiyah
Pendekatan ini diartikan dengan menyucikan dirinya dengan cara amar ma’ruf nahyil mungkar (tindakan proaktif dan reaktif), untuk menjaga kebersihan dirinya dari laingkunganny, jelas indicator pendekatan ini fisik, psikis dan sosial. Aplikasinya adalah dengan gerakan kebersihan, ceramah, tabligh, serta pengembangan kontrol sosial.
3. Pendekatan Ta’lim Al-Kitab
Pendekatan ini bertujuan untuk membaca, memahami menghayati dan merenungkan Al-Qur`an dan As-Sunnah sebagai pedomannya.
4. Pendekatan Ta’lim Al-Hikmah
Indikator utama dalam pendekatan ini adalah mengadakan interprestasi dan perenungan terhadap pendekatan al-kitab.
5. Yuallimukum maa lam takuunuu ta’lamun
Pendekatan ini mungkin hanya dinikmati oleh Nabi dan Rosul saja, seperti adanya mukjizat, sedangkan manusia seperti kita hanya bisa menikmati sebagian kecil saja, indikator pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih yang dapat membawa manusia pada penjelajahan ruang angkasa, sedang aplikasinya adalah mengembangkan produk teknologi yang dapat membawa manusia pada penjelajahan ke angkasa, sedangkan aplikasinya mengembangkan produk teknologi yang dapat mempermudah dan membantu kehidupan manusia sehari-hari.
6. Pendekatan Islah
Pelepasan beban dan belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitaan orang lain, memiliki komitmen memihak bagi kaum yang tertindas, dan berupaya menyeimbangkan perbedaan paham. Pendekatan ini bertujuan untuk memelihara ukhuwah islamiyah dengan aplikasinya kunjungan ke keompok kaum dlu’afa, kampanye amal sholeh dan lain sebagainya.


BENTUK METODE DAN TEKNIK PENDIDIKAN ISLAM----------------------------------------- 179
Secara gradual, Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.
Menurut para ahli pendidikan, metode pendidikan yang dipakai dalam dunia pendidikan sangat banyak. Hal ini tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai dalam dunia pendidikan, yaitu membentuk anak didik menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dan berikut ini akan beberapa metode pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
1. Menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany
Dalam bukunya, Syaibany memaparkan beberapa metode pendidikan, yaitu:
a. Metode Pengambilan Kesimpulan atau Induktif.
Metode ini bertujuan untuk membimbing pelajar untuk mengetahui fakta-fakta dan hukum-hukum umum melalui jalan pengambilan kesimpulan. Metode ini mulai dengan membahas dari bagian-bagian yang kecil untuk sampai kepada undang-undang umum.
Metode ini dapat digunakan pada berbagai ilmu yang mejadi tumpuan perhatian pendidikan Islam. Misalnya, nahwu, saraf, fiqhi, hitungan, teknik, fisika, kimia dan dalam berbagai ilmu yang lain.
b. Metode Perbandingan
Metode ini berbeda dengan metode induktif, dimana perpindahan menurut metode ini dari yang umum kepada yang khusus, dari keseluruhan kepada bagian-bagian yang kecil, dimana disebutkan prinsip umum dahulu, kemudian diberi contoh-contoh dan perincian-perincian yang menjelaskan dari prinsip-prinsip umum tersebut. Metode perbandingan dapat digunakan pada pengajaran sains dan pelajaran-pelajaran yang mengandung prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan fakta-fakta umum yang dibawahnya termasuk bagian-bagian dan masalah cabang. Dapat juga dipakai dalam mengajarkan bahasa, baik sastra atau nahwu, sejarah, saraf dan lain-lain.
c. Metode Kuliah
Metode kuliah adalah metode yang menyatakan bahwa mengajar menyiapkan pelajaran dan kuliahnya, mencatatkan perkara-perkara penting yang ingin dibicarakannya. Ia memulai kuliahnya dengan mengutarakan sepintas lalu tentang perkara-perkara penting yang ingin dibicarakan, kemudian menjelaskan dengan terperinci tentang perkara-perkara yang disimpulkannya pada permulaan kuliahnya. Pelajar-pelajar mengikuti dengan mendengar dan mencatat apa yang difahami dari kuliah itu, untuk dipelajari sekali lagi dengan cara masing-masing.
d. Metode Dialog dan Perbincangan
Metode Dialog adalah metode yang berdasarkan pada dialog, perbincangan melalui tanya jawab untuk sampai kepada fakta yang tidak dapat diragukan, dikritik dan dibantah lagi.
e. Metode Lingkaran
Pada metode ini, yang terus menerus dipergunakan pada yayasan-yayasan pendidikan dalam dunia Islam semenjak bermulanya dakwah Islamiyah. Pelajar-pelajar mengelilingi guru-gurunya dalam setengah bulatan untuk mendengarkan syarahnya. Kalau guru itu duduk, ia duduk bersandar pada sebuah tiang di Mesjid menghadap kiblat. Sebagian ulama mengkhususkan tiang-tiang tertentu yang dijadikan majlisnya sepanjang hidupnya. Kalau seorang guru telah memilih tempat tertentu untuk tempat pengajarannya maka biasanya beliaulah mendapat keutamaan untuk menempati tempat tersebut
f. Metode Riwayat
Metode ini dianggap salah satu metode dasar yang digunakan oleh pendidik Islam. Hadits, bahasa dan sastera Arab termasuk ilmu-ilmu Islam, dan segi-segi pemikiran Islam yang paling banyak menggunakan metode ini
g .  Metode Mendengar
Metode ini dilakukan dengan cara mendengarkan sesuatu. Metode ini banyak digunakan pada abad pertama dakwah Islamiyah, karena pada saat itu tulisan dan pembacaan belum tersebar luas dimasyarakat. Dan juga karena para ahli pada abad itu tidak senang menulis apa yang diriwayatkannya sebab kawatir kalau tulisan itu akan serupa dengan al-Qur’an.
h. Metode Membaca
Metode ini merupakan alat yang digunakan dalam mengajarkan dan meriwayatkan karya ilmiah yang biasanya bukan karya guru sendiri. Menurut metode ini murid membacakan apa yang dihafalnya kepada gurunya atau orang lain membacanya sedang dia mendengar.
i. Metode Imla’
Metode Imla’ adalah metode mencatat apa yang didengarnya. Misalnya seorang guru membacakan sebuah naskah kemudian murid-muridnya mencatat setiap kata yang didengarnya. Metode ini pernah digunakan pada saat memberikan imla’ dalam hadits seperti yang dilakukan oleh Al-Sayuti pada tahun 873 H. dan metode ini juga digunakan pada pelajaran bahasa Arab.
j. Metode Hafalan
Metode hafalan adalah salah satu metode yang terpusat pada hafalan. Ulama-ulama terdahulu banyak yang menggunakan metode ini untuk mengahafal al-Qur’an dan al-Hadits. Karena pada saat itu sedikit sekali yang mengerti tentang tulis menulis. Metode hafalan ini masih digunakan sampai sekarang, karena terbukti bisa meningkatkan pemikiran.
k. Metode Pemahaman
Metode pemahaman adalah memahami suatu wacana yang sedang dikaji. Metode ini sangat penting dalam pendidikan Islam, karena dengan memahami sebuah tulisan kita bisa mengerti maksud dibalik tulisan itu.
l. Metode Lawatan Untuk Menuntut Ilmu
Metode lawatan adalah berkunjung kesuatu tempat untuk mencari ilmu atau biasa disebut dengan Studi Banding. Pada saat ini studi banding banyak dipraktekkan dalam lingkungan pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, bahkan instansi pemerintah maupun swasta.
2. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah.
Abdurrahman mengemukakan beberapa metode pendidikan, yaitu:
a. Metode ceramah, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara penyampaian pengertian-pengertian bahan pembelajaran kepada pelajar dengan jalan penerangan atau penuturan secara lisan. Tujuan yang hendak dicapai dari metode ini adalah untuk memberikan dorongan psikologis kepada peserta didik.
b. Metode Diskusi, yaitu suatu sistem pembelajaran yang dilakukan dengan cara berdiskusi. Dalam metode ini pertanyaan yang diajukan mengandung suatu masalah dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu jawaban saja. Jawaban yang terdiri dari berbagai kemungkinan, memerlukan pemikiran yang saling menunjang dari peserta diskusi, untuk sampai pada jawaban akhir yang disetujui sebagai jawaban yang paling benar atau terbaik.
c. Metode Tanya jawab dan dialog, yaitu penyampaian pembelajaran dengan guru mengajukan pertanyaan dan pelajar atau siswa menjawabnya atau berdialog dengan cara saling bertukar fikiran. Metode ini secara murni tidak diawali dengan ceramah, tetapi murid sebelumnya sudah diberi tugas, membaca materi pelajaran tertentu dari sebuah buku.
Teknik ini akan membawa kepada penarikan deduksi. Dalam pendidikan, deduksi merupakan suatu metode pemikiran logis yang sangat bermanfaat.
d. Metode perumpamaan atau Metafora. Penjelasan konsep-konsep abstrak dengan makna-makna kongkrit memberi gambaran yang jelas bagi peserta didik. Perumpamaan disini adalah perumpamaan yang terdapat dalam al-Qur'an. Seperti yang terdapat dalam Surat Ankabut ayat 41.
e. Metode hukuman, yaitu metode yang dilakukan dengan memberikan hukuman kepada peserta didik. Hukuman merupakan metode paling buruk dari metode yang lainnya, tetapi dalam kondisi tertentu harus digunakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah: hukuman adalah metode kuratif artinya tujuan hukuman untuk memperbaiki peserta didik dan bukan untuk balas dendam, hukuman baru digunakan apabila metode yang lainnya tidak berhasil, sebelum dijatuhi hukuman peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk memperbaiki dirinya, hukuman yang dijatuhkan kepada peserta didik, hendaknya dapat dimengerti oleh peserta didik, sehingga ia sadar akan kesalahannya.
3. Menurut Abd al-Rahman al-Nahlawi
Al-Nahwali mengemukakan metode pendidikan yang berdasarkan Metode Qur’an dan Hadits yang dapat menyentuh perasaan yaitu:
a. Metode Hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi, adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan sengaja diarahkan kepada suatu tujuan yang dikehendaki oleh pendidik.
Jenis-jenis hiwar ini ada 5 macam, yaitu: (1) Hiwar Khitabi, merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan dengan hamba-Nya. (2) Hiwar Washfi, yaitu dialog antara Tuhan dengan malaikat atau dengan makhluk gaib lainnya. Seperti dalam surat Ash-Shaffat ayat 27-28 Allah SWT. (3) Hiwar Qishashi terdapat dalam al-Qur'an, yang baik bentuk maupun rangkaian ceritanya sangat jelas, merupakan bagian dari Uslub kisah dalam Al-Qur'an. Seperti Syuaib dan kaumnya yang terdapat dalam Surat Hud ayat 84-85. (4) Hiwar Jadali adalah hiwar yang bertujuan untuk memantapkan hujjah atau alasan baik dalam rangka menegakkan kebenaran maupun menolak kebatilan. Contohnya dalam al-Qur'an terdapat dalam Surat An-Najm ayat 1-5. (5) Hiwar Nabawi adalah hiwar yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya.
b. Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi, adalah penyajian bahan pembelajaran yang menampilkan cerita-cerita yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Kisah Qur'ani bukan semata-mata karya seni yang indah, tetapi juga suatu cara mendidik umat agar beriman kepada-Nya, dan dalam pendidikan Islam, Kisah sebagai metode pendidikan yang sangat penting, karena dapat menyentuh hati manusia.
c. Metode Amtsal (perumpamaan) Qur’ani, adalah penyajian bahan pembelajaran dengan mengangkat perumpamaan yang ada dalam al-Qur’an. Metode ini mempermudah peserta didik dalam memahami konsep yang abstrak, ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda konkrit seperti kelemahan Tuhan orang kafir yang diumpamakan dengan sarang laba-laba, dimana sarang laba-laba itu memang lemah sekali disentuh dengan lidipun dapat rusak. Metode ini sama seperti yang disampaikan oleh Abdurrahman Saleh Abdullah.
d. Metode keteladanan, adalah memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidik.
e. Metode Pembiasaan, adalah membiasakan seorang peserta didik untuk melakukan sesuatu sejak dia lahir. Inti dari pembiasaan ini adalah pengulangan, jadi sesuatu yang dilakukan peserta didik hari ini akan diulang keesokan harinya dan begitu seterusnya.
f. Metode Ibrah dan Mau’izah. Metode Ibrah adalah penyajian bahan pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar pelajar dalam menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar. Sedangkan metode Mau’izah adalah pemberian motivasi dengan menggunakan keuntungan dan kerugian dalam melakukan perbuatan
g. Metode Targhib dan Tarhib. Metode Targhib adalah penyajian pembelajaran dalam konteks kebahagian hidup akhirat. Targhib berarti janji Allah terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib adalah penyajian bahan pembelajaran dalam konteks hukuman akibat perbuatan dosa yang dilakukan. Atau ancaman Allah karena dosa yang dilakukan.

BAGIAN X EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM------------------------------------------------- 211
PENGERTIAN EVALUASI PENDIDIKAN----------------------------------------------------------- 211
Secara etimologi kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris: evaluation, akar katanya value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut Al- Qimah atau Al taqdir . Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan al-taqdiir al tarbawiy dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan . Sedangkan secara terminologi evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan intrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan.
TUJUAN DAN FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM---------------------------------------- 211
Untuk lebih jelasnya tujuan evaluasi dapat dirinci menjadi:
1.      Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
2.      Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa di dalam kelompok kelasnya.apakah sisiwa tersebut termasuk kategori lambat,sedang,atau cepat.
3.      Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan seorang siswa dalam belajar, apakah menunjukan tingkat usaha yang efisien atau tidak.
4.      Untuk mengetahui hingga sejauh mana seorang siswa telah mendayagunakan kafasitas kognitifnya.
5.      Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan oleh seorang guru dalam proses belajar-mengajar.

Sedangkan Fungsi evaluasi adalah membantu anak didik agar ia dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi bantuan kepadanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya. Di samping itu fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang pendidik dalam mempertimbangkan baik tidaknya metode mengajar, serta membantu mempertimbangkan administrasinya.
Selain memiliki tujuan, evaluasi belajar juga memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut.
1.  Fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku raport
2.  Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan
3. Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan program pengajaran perbaikan (ramedial teaching)
4. Fungsi psikologis untuk mengatasi kekurangmampuan atau ketidakmampuan dalam menilai kemampuan atau kemajuan dirinya sendiri.
5.  Sumber data BP untuk memasok data siswa tertentu yang memerlukan simbingan dan penyuluhan (BP)
6.  Bahan pertimbangan pengembangan kurikulum,metode,dan alat-alat PBM.
7. Bahan pertimbangan bagi orang tua untuk mengenali hasil usha dan tanggung jawabnya dalam mengembangkan potensi anaknya.

Menurut A. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan, mengatakan bahwa evaluasi mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1.              Untuk mengetahui tercapainya tidaknya tujuan instruksional secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tingkah laku.
2.              Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari.
3.              Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengatur keberhasilan proses belajar mengajar bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan di kuasai, dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan.
4.              Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi murid.
5.              Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
6.              Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
7.              Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar.

PRINSIP-PRINSIP EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM---------------------------------------------- 213
Dalam melaksanakan evaluasi harus memperhatikan berbagai prinsip antara lain :
a.             Keterpaduan
Materi dan metode pengajaran dan evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu, yang tidak boleh dipisahkan.
b.             Keterlibatan Siswa
Hal ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), untuk mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar mengajaar yang dijalaninya, siswa membutuhkan evaluasi.
c.             Koherensi
Evaluasi yang disajikan harus sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur
d.             Paedagogis
Evaluasi yang diterapkan adalah upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi paedagogos
e.             Akuntabilitas
Sejauhmana keberhasilan program pengajaran perlu dissampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban (accountability)
f.               Berkelanjutan
Evaluasi harus dilakukan secara terus-menurus dari waktu kewaktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik.
g.             Menyeluruh
Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, yakni mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dan meliputi seluruh materi ajar serta berdasarkan pada strategi dan prusuder penilaian.
h.       Bermakna
i.         Adil dan objektif
j.        Terbuka
k.      Ikhlas
l.         Praktis
m.     Dicatat dan akurat

SISTEM EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM----------------------------------------------- 215
Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam mengacu pada sistem evaluasi yang digariskan oelh Allah SWT, dalam al-Qur’an dan di jabarkan dalam as-Sunnah, yang dilakukan Rasulullah dalam proses pembinaan risalah Islamiyah.
Secara umum sistem evaluasi pendidikan sebagai berikut :
a.       Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi (Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 155).
b.      Untuk mengetahui sejauhmana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah saw kepada umatnya (QS. An Naml/27:40).
c.       Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah terhadap nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail putra yang dicintainya (QS. Ash Shaaffat/37:103-107).
d.      Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran yang telah diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian terhadap nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya dihadapan para malaikat (QS. Al-Baqarah/2:31).
e.       Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktifitas baik, dan memberikan semacam ‘iqab (siksa) bagi mereka yang beraktifitas buruk (QS. Az Zalzalah/99:7-8).
f.        Allah SWT dalam mengevaluasi hamba-Nya, tanpa memandang formalitas (penampilan), tetapi memandang subtansi dibalik tindakan hamba-hamba tersebut (QS. Al Hajj/22:37).
g.       Allah SWT memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan (QS. Al Maidah/5:8).

CARA PELAKSANAAN EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM--------------------------------------- 215
Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non Tes
1.      teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner,daftar cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup.
a. Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
b. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesiioner tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapat nya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.
c. Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai.
d. Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informsi-informasi yang diperlukan saja.
e. Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakuakan dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri dari 3 macam yaitu : (1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan kelompok yang diamati. (2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang diamati. Pengamat telah membuat list faktor faktor yang telah diprediksi sebagai memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam obejek pengamatan.
f. Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.
2. Teknik tes. Dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu :
a.       tes diagnostic
b.      tes formatif
c.       tes sumatif

JENIS-JENIS EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM---------------------------------------------------- 217
Penilaian/Evaluasi ada beberapa macam:
a.       Penilaian Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan materi pokok pada suatu bidang studi tertentu.
b.      Penilaian sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik yang telah selesai mengikuti pembelajaran dalam satu catur wulan/semester
c.       Penilaian penempatan (Placement) yaitu penilaian tentang pribadi peserta didik untuk kepentingan penempatan didalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
d.      penilaian diagnostic, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik baik berupa kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam proses pembelajaran.

SYARAT-SYARAT EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM--------------------------------------------- 217
Bagi seorang pendidik yang akan melakukan evaluasi hendaknya memperhatikan syarat-syarat evaluasi, yaitu sebagai berikut:
a.             Pendidik harus menetapkan dulu segi-segi apa yang akan dinilai sehingga betul-betul terbatasserta dapat member petunjuk bagaimana dan dengan apa segi tersebut dapat dinilai.
b.             Pendidik harus menetapkan alat evaluasi yang valid dan realitas yang berarti taraf ketepatan dan kecepatan tes dengan aspek yang akan dinilai.
c.             Penilaian harus objektif yang berarti menilai prestasi peserta didiksebagaimana adanya hasil penilaian tersebut harus betul-betul diolah dengan teliti sehingga dapat ditafsirkan berdasarkan kriteriayang berlaku.
d.             Alat evaluasi yang dibuat hendaknya mengandung unsure diagnosis yang artinya dapat dijadikan bahan untuk mencari kelemahan peserta didik belajar dan pendidik mengajar.

Selain itu Syarat-syarat yang dapat digunakan dalam evaluasi pendidikan Islam adalah :
a.             Validity, yaitu pelaksanaan tes harus berdasarkan hal-hal yang seharusnya dievaluasi, yang meliputi seluruh bidang tertentu yang diingini dan diselidiki sehingga tidak hanya mencakup satu bidang saja. Soalsoal tes harus memberi gambaran keseluruhan (representatif) dari kesanggupan anak mengenai bidang itu.
b.             Reliable, yaitu tes tersebut dapat dipercayai yakni dengan memberikan ketelitian dan keterangan tentang kesanggupan anak didik sesungguhnya, soal yang ditampilkan tidak membawa tafsiran yang bermacam-macam sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik.
c.             Efisiensi, yaitu tes yang dilakukan merupakan tes yang mudah administrasinya, penilaian dan interpretasinya (penafsirannya). (Nasution, 1982 : 169). Selain itu, evaluasi yang dilaksanakan harus secara cermat dan tepat pada sasarannya. Sesuai dengan Alquran surat Al- Insyiqoq (84) ayat 8 : yang artinya: “ Maka dia akan dievaluasi dengan pengevaluasian yang mudah.”
d.             Ta’abbudiyyah dan ikhlas, yaitu evaluasi yang dilakukan dengan penuh ketulusan dan pengabdian kepada Allah Swt. Apabila prinsip ini dilakukan, maka upaya evaluasi akanmembuahkan kesan husnu zhann (prasangka baik) terjadi perbaikan tingkah laku secara positif dan menutupi rahasia-rahasia buruk pada diri seseorang.

SIFAT, MACAM-MACAM, DAN TEKNIK EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM------------------- 218
                        Sifat evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan islam adalah sebagai beriktu :
1.      kuantitatif, yaitu hasil evaluasi yang diberikan skor atau nilai dalam bentuk angka, misalnya 50, 79, dan 100
2.      kualitatif, yang hasil evaluasi diberikan dalam bentuk pernyataan verbal, misalnya memuaskan, baik, cukup dan kurang.
Sedang macam-macam evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan islam adalah :
1.      tes tertulis (writen test)
2.      tes lisan (oral test)
3.      dan perbuatan (performance test)
Aspek kognitif biasanya menggunakan tes tertulis maupun lisan, sedangankan psikomotorik menggunakan tes perbuatan.
Teknik yang dapat digunakan dalam evaluasi pendidikan Islam adalah :
1.      teknis tes, yaitu teknik yang digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik, meliputi pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar, serta bakat khusus dan inteligensinya.
teknik ini terdidi ata :
a.       uarian (essay tes), baik uraian bebas (free test) maupun uaraian terbatas (limited essay),
b.      objektif tes, dalam bentuk benar atau salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), menjodohkan (matching), isian (complation) dan jawaban singkat (short answere), dan
c.       bentuk tes lain, seperti bentuk ikhtisar, laporan, dan bentuk khusus dalam pelajaran bahasa.
2.      nontes, yaitu teknik yang digunakan untuk menilai karakteristik lainnya, misalnya minat, sikap dan kepribadian siswa. Teknik ini meliputi observasi terkontrol, wawancara (interview), rating scale, inberntory, questionare, dan anecdotal accounts.


BAGIAN XI KELEMBAGAAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM-------------------------------------- 221
PENGERTIAN DAN BENTUK-BENTUK LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM--------------------- 221

Pendidikan Islam termasuk masalah sosial, sehingga dalam kelembagaannya tidak lepas dari lembaga-lembaga sosial yang ada. Lembaga disebut juga institusi atau pranata. Maksud lembaga sosial adalah suatu bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku, peranan-peranan dan relasi yang terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum, guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.
Secara konsep, lembaga sosial tersebut terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1.      Asosiasi, misalnya universitas atau persatuan
2.      Organisasi khusus, misalnya penjara, rumah sakit dan sekolah
3.      Pola tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan, atau pola hubungan sosial yang mempunyai tujuan tertentu.
Dalam Islam, ada dua bagian lembaga yang telah ada dalam diri manusia, yakni :
1.      Lembaga tidak dapat berubah, diantaranya :
a.       Rukun Iman, yaitu lembaga kepercayaan manusia kepada Tuhan, malaikat, kitab, rasul, hari akhir dan takdir.
b.      Ikrar keyakinan (bacaan syahadatain), yaitu lembaga yang merupakan pernyataan atas kepercayaan manusia.
c.       Thaharah, yaitu lembaga penyucian manusia dari segala kotoran, baik lahir maupun bathin.
d.      Shalat, yaitu lembaga pembentukan pribadi-pribadi, yang dapat membantu dalam menemukan pola tingkah laku untuk membangun atas dasar kesejahteraan umat dan mencegah perbuatan fakhsya’ wal mungkar.
e.       Zakat, yaitu lembaga pengembangan ekonomi umat, serta lembaga untuk menghilangkan stratifikasi status ekonomi masyarakat yang tidak seimbang.
f.        Puasa, yaitu lembaga untuk mendidik jiwa, dengan mengendalikan nafsu dan kecenderungan-kecenderungan fisik dan psikologis.
g.       Haji, yaitu lembaga pemersatu dalam komunikasi umat secara keseluruhan.
h.       Ihsan, yaitu lembaga yang melengkapi dan meningkatkan serta menyempurnakan amal ibadah manusia.
i.         Ikhlas, yaitu lembaga pendidikan rasa dan budi sehingga tercapai suatu kondisi kenikmatan dalam beribadah dan beramal.
j.        Taqwa, yaitu lembaga yang menghubungkan antara manusia dan Allah Swt. sebagai suatu cara untuk membedakan tingkat dan derajat manusia.
2.      Lembaga yang dapat berubah, diantaranya :
a.       Ijtihad, yaitu lembaga berfikir sebagai upaya yang sungguh-sungguh dalam merumuskan suatu keputusan masalah.
b.      Fikih, yaitu lembaga hukum islam yang diupayakan oleh manusia melalui lembaga ijtihad.
c.       Akhlak, yaitu lembaga nilai-nilai tingkah laku yang dibuat acuan oleh sekelompok masyarakat dalam pergaulan.
d.      Lembaga Ekonomi, yaitu lembaga yang mengatur hubungan ekonomi masyarakat dengan mencakup segala aspeknya.
e.       Lembaga pergaulan sosial
f.        Lembaga politik
g.       Lembaga seni
h.       Lembaga negara
i.         Lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi
j.        Lembaga pendidikan

Lemabaga yang dapat berubah merupakan pengejawantahan dari lembaga yang tidak dapat berubah. Lembaga yang dapat berubah ini sering disebut dengan institusi atau yang memelurkan institusional, yaitu proses pelembagaan suatu nilai atau norma masyarakat Islam untuk menjadi bagian dari suatu lembaga masyarakat yang diakui serta memiliki kekuatan hukum sendiri.
Maka lembaga pendidikan islam adalah suatu bentuk organisasi yang diadakan untuk mengembangkan lembaga-lembaga sosial, baik yang permanen maupun yang berubah-ubah.

PRINSIP-PRINSIP LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM---------------------------------------------- 223
Prinsip-prinsip dalam pembentukan lembaga islam yakni :
1.      Prinsip pembebasan manusia dari ancaman kesehatan yang menjerumuskan manusia pada api neraka. Firman Allah Swt. Q.S. At-tahrim : 6
2.      Prinsip pembinaan umat manusia menjadi hamba-hamba Allah yang memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan di akhirat, sebagai realisasi cita-cita orang beriman dan bertaqwa yang senantiasa memanjatkan do’anya sehari-hari. Firman Allah Swt. Q.S. Al-Baqarah : 201
3.      Prinsip pembentukan pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain saling mengembangkan hidupnya untuk menghambakan diri pada khalik-Nya. Firman Allah Swt. Q.S. Al-Mujadilah : 11
4.      Prinsip amar ma’ruf dan nahi munkar dan membebaskan manusia dari belenggu-belenggu kenistaan. Firman Allah Swt. Q.S. Ali-Imran : 104
5.      Prinsip pengembangan daya pikir, daya nalar, daya rasa sehingga dapat menciptakan anak didik yang kreatif dan dapat mengfungsikan daya cipta, rasa dan karsanya.

TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM  224
Menurut seorang ahli filsafat, yang bernama Langeveld yang menyatakan bahwa yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan adalah :
1.      Lembaga keluarga yang mempunyai wewenang bersifat kodrati
2.      Lembaga negara yang mempunyai wewenang berdasarkan undang-undang
3.      Lembaga gereja yang mempunyai wewenang berasal dari amanat Tuhan
Menurut Ki hajar Dewantara, penyelenggaraan lembaga pendidikan dengan Tricentra yang merupakan tempat pergaulan anak didik dan sebagai pusat pendidikan yang amat penting baginya. Tricentra itu ialah :
1.      Alam keluarga yang membentuk lembaga pendidikan keluarga.
2.      Alam perguruan yang membentuk lembaga pendidikan sekolah.
3.      Alam pemuda yang membentuk lembaga pendidikan masyarakat.
Sedangkan menurut Sidi Gazalba, yang berkewajiban menyelenggarakan lembaga pendidikan adalah :
1.      Rumah tangga, yaitu pendidikan primer untuk fase bayi dan fase kanak-kanak sampai usia sekolah. Pendidiknya adalah orang tua, sanak kerabat, famili, saudara, teman sepermainan, dan kenalan pergaulan.
2.      Sekolah, yaitu pendidikan sekunder yang mendidik anak mulai dari usia masuk sekolah sampai ia keluar dari sekolah tersebut. Pendidiknya adalah guru yang profesional.
3.      Kesatuan sosial, yaitu pendidikan tersier yang merupakan pendidikan yang terakhir tapi bersifat permanen. Pendidiknya adalah kebudayaan, adat istiadat, dan suasana masyarakat setempat.
Diantara ketiga lembaga ini, lembaga keluargalah yang dominan mempengaruhi anak. Adapun cara-cara praktis yang patut digunakan untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah :
1.      Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman kepada Allah dan berpegang kepada ajaran-ajaran agama dalam bentuknya yang sempurna dalam waktu tertentu.
2.      Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging, mereka melakukannya dengan kemauan sendiri dan merasa tentram sebab mereka melakukannya.
3.      menyiapkan suasana agama dan spritual yang sesuai di rumah dimana mereka berada.
4.      membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluk untuk menjadi bukti kehalusan sistem ciptaan itu dan atas wujud dan keagunganNya.
5.      menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama, dan lain-lain.

KELUARGA SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM----------------------------------------- 226

1.     Pengertian keluarga
Keluarga dalam islam dikenal dengan istilah  usrah, nasl, ‘ali, dan nasb. Dalam pandangan antropologi, keluarga adalah suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tempat tinggal dan ditandai dengan kerja sama ekonomi, berkembang, mendidik, melindungi, merawat dan sebagainya. Inti keluarga adalah ayah, ibu, dan anak.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah anak mendapat didikan dan bimbingan serta sebagian besar kehidupan anak  itu ada dalam keluarga sehingga pendidikan itu banyak diterima oleh anak, yang pada akhirnya dapat mencetak seorang anak yang mempunyai kepribadian yang kemudian dapat dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya.

2.     Tugas keluarga dalam pendidikan.
Tugas utama keluarga dalam pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlaq dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.

Adapun secara umum kewajiban orang tua pada anaknya adalah;
1.      Mendoakan anak-anaknya dengan doa yang baik dan jangan sekali-kali mengutuk anaknya dengan kutukan yang tidak manusiawi.
2.      Memelihara anak dari api neraka
3.      Menyerukan sholat pada anaknya
4.      Menciptakan kedamaian dalam rumah tangga
5.      Mencintai dan menyayangi anak-anaknya
6.      Mencari nafkah yang halal
7.      Mendidik anak agar berbakti kepada ayah dan ibu
8.      Menyusui sampai umur 2 tahun

Sedangkan menurut Al-Nahlawi kewajiban orang tua dalam pendidikan anaknya adalah:
1.      Menegakkan hukum-hukum Allah SWT kepada anaknya
2.      Merealisasikan ketentraman dan kesejahteraan jiwa keluarga
3.      Melaksanakan perintah agama dan perintah Rosullah SAW
4.      Mewujudkan rasa cinta kepada anak-anak melalui pendidikan

3.     Tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anak
Tanggung jawab keluarga terhadap anak-anaknya sangat besar, mulai dari kecil hingga mandiri/keluarga. Adapun dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi:
1.      Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak.
2.      Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunanya.
3.      Tanggung jawab sosial yang menjadi bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa, dan negara.
4.      Memelihara dan membesarkan anaknya.
5.      Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak.
6.      memberikan pendidikan  agama dengan melatih dan membiasakan beribadah kepada Allah SWT dengan maksud menanamkan iman dan taqwa.

4.     Fungsi dan peranan pendidikan keluarga:
a.       Pengalaman pertama masa kanak-kanak
Dalam keluarga anak mulai mengenal kehidupan di dunia. Ia mulai belajar menanggapi dunia luar, berinteraksi dengan teman dan beradaptasi dengan lingkungan. Karena seorang anak yang baru lahir bagaikan meja lilin berwarna putih (tabularasa), sehingga tergantung pada keluarga itu dalam menciptakan karakter anak. Nabi Muhammad bersabda: 
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka orang tualah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.(Shohih Bukhori)
b.      Menjamin kehidupan emosional anak
Suasana dalam keluarga merupakan suasana yang meliputi rasa cinta dan simpati yang sewajarnya, suasana yang aman dan tentram. Untuk itulah melalui pendidikan keluarga ini, kehidupan emosional atau kebutuhan akan rasa kasih sayang dapat terpenuhi atau dapat berkembang dengan baik.
c.       Menanamkan dasar pendidikan moral.
Di dalam keluarga juga merupakan penanaman utama dasar-dasar moral bagi anak. Biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai tauladan yang dapat dicontoh anak.
Segala nilai yang dikenal anak akan melekat pada orang-orang yang disenanginya dan dikaguminya, dan melalui inilah salah satu proses yang ditempuh anak dalam mengenal nilai.
d.      Memberikan dasar pendidikan sosial
Keluarga merupakan basis ter[enting dalam peletakan dasar-dasar pendidikan sosial anak, sebab pada dasarnya keluarga merupakan lembaga sosial resmi yang minimal terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
Perkembangan benih-benih kesadaran sosial anak dapt dipupuk dalam kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong-menolong, gotong royong, bersama-sama menjaga ketertiban, kebersihan, dan keserasian dalam segala hal.
e.       Peletakan dasar-dasar keagamaan.
Dalam keluarga juga tidak kalah pentingnya dalam proses internalisasi dan transformasi nilai-nilai keagamaan dalam pribadi anak. Masa anak- anak adalah masa paling baik untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama dalam keluarga. Teknik yang paling tepat dalam proses pendidikan adalah teknik imitasi yaitu proses pembinaan anak secara tidak langsung misalnya ayah ibu membiasakan  hidup rukun, istiqomah beribadah di rumah dan di masjid sambil mengajak anak-anaknya sehingga sekaligus membina anak-anaknya untuk meniru hal-hal yang dilakukan orang tuanya.
Kenyataan membuktikan, anak yang sejak kecil tidak pernah dikenalkan dengan kegiatan keagamaan, maka setelah dewasa tidak perhatian terhadap kegiatan agama.

5.     Perbedaan corak pendidikan
Hasil pendidikan yang diberikan ayah dan ibu memiliki perbedaan. Seperti yang kita lihat;
a.       Ayah merupakan sumber kekuasaan yang memberikan pendidikan anaknya tentang manajemen dan kepemimpinan yaitu sebagai penghubung keluarga dan masyarakat dengan memberikan pendidikan komunikasi terhadap sesamanya, memberiakan perasaan aman dan perlindungan sehingga ayah memberikan pendidikan sikap  tanggung jawab dan waspada. Di samping itu ayah sebagai hakim dan pengadilan dalam perselisihan yang memberikan pendidikan anaknya berupa sikap tegas, menjunjung keadilan tanpa memihak yang salah dan berlaku rasional dalam mendidik anaknya dan menjadi dasa-dasar pengembangan daya nalar dan intelek, sehingga menghasilkan kecerdasaan intelektual.
b.      Ibu sebagai sumber kasih sayang yang memberikan sifat ramah tamah, ash, asih dan asuh kepada anaknya. Disamping itu ibu sebagai pengatur kehidupan rumah tangga yang memberiakan pendidikan berupa keterampilan-keterampilan khusus dan sebagai penghubung antara individu yang dapat mendidik anaknya berupa hidup rukun, gotong royong, ukuwah, toleransi dan menciptakan suasana dinamis, harmonis, dan kreatif, serta sebagai pendidik bidang emosi anak yang dapat mendidik anaknya bberupa kepekaan daya rasa dalam memandang sesuatu yang melahirkan kecerdasan emosional.

Oleh karena itu ibu mempunyai peran utama dalam pembinaan pendidikan anaknya dalam keluarga. Jangan sampai kedudukan ibu menggantikan ayah, karena hal itu melanggar kodrat wanita dan merupakan pelanggaran terhadap hukum-hukum dasar pemberian Allah SWT serta merupakan penyimpangan dari tugas hidup manusia  yang mengakibatkan emansipasi wanita yang tidak sehat

MASJID SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM---------------------------------------------- 231

1. Pengertian Masjid
Masjid berasal dari kata Sajada yang artinya tempat sujud. Secara teknis sujud (Sujudun) adalah meletakkan kening ke tanah. Secara maknawi, jika kepada Tuhan sujud mengandung arti menyembah, jika kepada selain Tuhan, sujud mengandung arti hormat kepada sesuatu yang dipandang besar atau agung.
Adapun masjid (Masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti khusus. Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud dinamakan masjid, oleh karena itu kata Nabi, Tuhan menjadikan bumi ini sebagai masjid. Sedangkan masjid dalam pengertian khusus untuk menjalankan ibadah, terutama shalat berjamaah. Pengertian ini juga mengerucut menjadi masjid yang digunakan untuk shalat jumat disebut Masjid Jami. Karena shalat jumat diikuti oleh orang banyak, maka masjid Jami biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan untuk shalat lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat umum, dan biasanya tidak terlalu besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan disebut Musholla, artinya tempat shalat. Di beberapa daerah, musholla terkadang diberi nama langgar atau surau.

2. Fungsi Masjid
Fungsi Masjid dapat lebih efektif bila didalamnya disediakan fasilitas-fasilitas terjadinya proses belajar mengajar. Fasilitas yang diperlukan adalah:
1.      Perpustakaan, yang menyediakan berbagai buku bacaan dengan berbagai disiplin keilmuan;
2.      Ruang diskusi, yang digunakan untuk berdiskusi sebelum dan sesudah shalat berjamaah. Program inilah yang dikenal dengan istilah “i'tikaf ilmiah”. Langkah-langkah praktis yang ditempuh dalam operasionalisasinya adalah memberikan perencanaan terlebih dahulu dengan menampilkan beberapa pokok persoalan yang akan dibahas. Setelah berkumpul para audiens (makmum), diskusi dapat dimulai pada ruang yang telah tersedia. Kira-kira sepuluh sampai lima belas menit sebelum shalat berjamaah, diskusi dihentikan dan kemudian beralih pada “i'tikaf profetik” (dzikir). Sebaliknya, jika diskusi ini dilakukan seusai shalat berjamaah, i'tikaf profetik didahulukan dan kemudian diganti dengan i'tikaf ilmiah. Agar tak terlalu menjemukan diskusi ini dilakukan dua atau tiga minggu sekali;
3.      Ruang kuliah, baik digunakan untuk training (tadrib) remaja masjid, atau juga untuk madrasah diniyah Omar Amin Hoesin memberi istilah ruang kuliah tersebut dengan sekolah masjid. Kurikulum yang disampaikan khusus mengenai materi-materi keagamaan untuk membantu pendidikan formal, yang proporsi materi keagamaannya lebih minim dibandingkan dengan proporsi materi umum;
4.      Apabila memungkinkan, teknik khotbah dapat diubah dengan teknik komunikasi transaksi, yakni antara khotib dengan para audiens, terjadi dialog aktif satu sama lain, sehingga situasi dalam khotbah menjadi semakin aktif dan tidak monoton. Teknik dialog (hiwar) dapat diterapkan dalam khotbah Jumat manakala memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.      Syarat dan rukun khotbah tetap diberlakukan;
b.      Jamaah shalat rata-rata terdiri dari kaum intelektual atau kaum cendekiawan, sehingga hanya memungkinkan di Masjid Perkotaan, Pesantren, dan Masjid Kampus;
c.      Diperlukan khotib (moderator) yang berwibawa, alim, dan professional, sehingga ia dapat mengarahkan jalannya diskusi dalam situasi khotbah dengan baik;
d.      Perlu adanya perencanaan yang matang, sehingga jauh-jauh sebelumnya para audiens sudah siap terlibat langsung;
e.      Masalah yang dibahas harus masalah yang waqiyah, yakni masalah-masalah kontemporer yang sedang hangat menimpa umat.

Secara konsepsional dapat dilihat dalam sejarah bahwa masjid pada zaman Rasul memiliki banyak fungsi diantaranya:
1.      Sebagai tempat menjalankan ibadah shalat;
2.      Sebagai tempat musyawarah (seperti gedung parlemen);
3.      Sebagai tempat pengaduan masyarakat dalam menuntut keadilan (seperti Kantor Pengadilan);
4.      Secara tak langsung sebagai tempat pertemuan bisnis.

Yang lebih strategis lagi, pada zaman Rasul, masjid adalah pusat pengembangan masyarakat dimana setiap hari masyarakat berjumpa dan mendengar arahan-arahan dari Rasul tentang berbagai hal; prinsip-prinsip keberagaman tentang sistem masyarakat baru, juga ayat-ayat Alquran yang baru turun. Didalam masjid pula terjadi interaksi antar pemikiran dan antar karakter manusia. Adzan yang dikumandangkan lima kali sehari sangat efektif mempertemukan masyarakat dalam membangun kebersamaan.
Umar bin khottob membuat ruang khusus disamping masjid. Itulah asal-usulnya sehingga pada masa sejarah klasik (hingga sekarang), pasar dan sekolahan selalu berada di dekat masjid.

2.3. Masjid Sebagai Lembaga Pendidikan Islam

Masjid Nabawi di Madina telah mengabarkan fungsinya, sehingga lahir peranan masjid yang beraneka ragam. Sejarah mencatat tidak kurang dari sepuluh peranan yang telah diemban oleh masjid Nabawi, yaitu:
1. Tempat ibadah (Shalat, Dzikir);
2. Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi, sosial, dan budaya);
3. Tempat pendidikan;
4. Tempat santunan sosial;
5. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya;
6. Tempat pengobatan para korban perang;
7. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa;
8. Aula dan tempat menerima tamu;
9. Tempat menawan tahanan, dan
10. Pusat penerangan atau pembelaan agama.

Agaknya masjid pada masa silam mampu berperan sedemikian luas, disebabkan antara lain oleh:
1.      Keadaan masyarakat yang masih sangat berpegang teguh kepada nilai, norma, dan jiwa agama;
2.      Kemampuan Pembina-pembina masjid menghubungkan kondisi sosial dan kebutuhan masyarakat dengan uraian dan kegiatan masjid.

Manifestasi pemerintahan terlaksana didalam masjid, baik pada pribadi-pribadi pemimpin pemerintahan yang menjadi imam/ khotib maupun didalam ruangan-ruangan masjid yang dijadikan tempat-tempat kegiatan pemerintahan dan syura (musyawarah).
Apabila masjid dituntut berfungsi membina umat, tentu sarana yang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik semua umat, baik dewasa, kanak-kanak, tua, muda, pria, wanita, yang terpelajar maupun tidak, sehat atau sakit, serta kaya dan miskin.
Didalam Muktamar Risalatul Masjid di Makkah pada 1975, hal ini telah didiskusikan dan disepakati, bahwa suatu masjid baru dapat dikatakan berperan secara baik apabila memiliki ruangan, dan peralatan yang memadai untuk:
a.       Ruang shalat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan;
b.      Ruang-ruang khusus wanita yang memungkinkan mereka keluar masuk tanpa bercampur dengan pria, baik digunakan untuk shalat maupun untuk Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK);
c.       Ruang pertemuan dan perpustakaan;
d.      Ruang Poliklinik dan ruang untuk memandikan dan menkafankan mayat;
e.       Ruang bermain, berolahraga dan berlatih bagi remaja.

Semua hal diatas harus diwarnai oleh kesederhanaan fisik bangunan, namun harus tetap menunjang peranan masjid ideal termaktub.
Masjid adalah milik Allah, karena itu kesuciannya harus dipelihara. Segala sesuatu yang diduga mengurangi kesucian masjid atau dapat mengesankan, hal tersebut tidak boleh dilakukan didalam masjid maupun diperlakukan terhadap masjid.
Salah satu yang ditekankan oleh sebagian ulama sebagai sesuatu yang tidak wajar terlihat pada masjid (dan sekitarnya) adalah kehadiran para pengemis.
Untuk memelihara kesucian masjid, Allah berfirman agar para pengunjungnya memakai hiasan ketika mengunjungi masjid sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Al-A’raf ayat 31:

Secara garis besar Implikasi masjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah:
a.       Mendidik anak untuk tetap beribadah kepada Allah SWT;
b.      Menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan menanamkan solidaritas sosial, serta menyadarkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai insane pribadi, sosial dan warga Negara;
c.       Memberikan rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran potensi-potensi rohani manusia melalui pendidikan kesabaran, perenungan, optimism, dan mengadakan penelitian.

PONDOK PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM---------------------------- 234

A. Pengertian Pesantren
Pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang tertua di Indonesia setelah rumah tangga. Namun masih banyak “Rahasia” pesantren yang belum diungkapkan oleh para peneliti. Diantaranya adalah bagian-bagian yang sangat sulit diungkapkan.
Menurut para ahli pesantren baru dikatakan pesantren bila memenuhi lima syarat yaitu (1) Ada kiai, (2) Ada pondok, (3) Ada masjid, (4) Ada santri, (5) Ada pengajaran baca kitab kuning
Peran pesantren dimasa lalu kelihatan paling menonjol dalam hal menggerakkan, memimpin, dan melakukan perjuangan dalam rangka mengusir penjajah. Muhammad Mansur Surya Negara, seorang pakar sejarah dari Universitas Padjadjaran Bandung pernah mengatakan bahwa sulit mencari gerakan untuk melawan penjajah di Indonesia ini yang bukan digerakan dan dipimpin oleh orang pesantren.
Peran pesantren dimasa sekarang juga amat jelas, contoh yang paling nyata ialah sulitnya pemerintah memasyarakatkan program bila tidak melalui pemimpin pesantren, contoh lainnya ialah banyaknya pemimpin politik “Mendekati” pesantren, terutama menjelang pemilihan umum.
Tujuan terbentuknya pondok pesantren adalah :
1. Tujuan umum
Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian islam yang dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi muballiqh islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.
2. Tujuan khusus
Mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat.
B. Pesantren dan peranannya dalam pembangunan Nasional
Zamakh Syari Dhofir (1982 : 44) mencoba mengklasifikasikan pesanter dari jumlah santri. menurutnya pesantren yang santrinya kurang dari 1000 dan pengaruhnya hanya pada tingkat kabupaten disebut pesantren kecil. Santri antara 1000-2000 dan pengaruhnya pada beberapa kebupaten disebutnya pesantren menengah, bila santrinya lebih dari 2000 dan pengaruhnya tersebar pada tingkat beberapa tingkat kabupaten dan propensi dapat digolongkan sebagai pesantren besar.
Setidaknya ada dua macam pendekatan yang dapat dipergunakan dalam memandang kaitannya antara agama dan pembangunan, termasuk pembangunan agama, yaitu pendekatan yang bersifat suplementer dan komplementer. pendekatannya yaitu :
1. Agama hanyalah penunjang bagi upaya pemberdayaan pembangunan karena ia mempengaruhi ola tingkah laku manusia yang sedang membangun, baik kehasirannya sebagai individu maupun secara kolektif
2. Menghendaki keterlibatan agama atau lembaga keagamaan dalam proses pembangunan, metode, dan sarana yang diperlakukan untuk maksud tersebut.
Dengan semikian Agama sejak awal telah terlibat dalam proses pembangunan, dan bukan hanya bukan sebagai faktor penunjang, didalam GBHN, baik pada tahun 1992-1997 maupun tahun 1997-2003 telah terjadi pergeseran yang lebih menekankan pada pendekatan kedua. Berbagai terobosan dalam peningkatan sumber daya manusia yang berasaskan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Adalah satu kata yang konkret untuk mengartikulasikan penyataan dimaksud.
Kehadiran pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang dahulu disebut tradisional, kini semakin diminati oleh banyak kalangan termasuk masyarakat kelas menengah atas. menurut data didepartement agama, bahwa dari 8.991 pondok pesantren saat ini, terdapat 1.598 berada didaerah perkotaan (18%) sedang yang diwilayah pedesaan sebanyak 7.393 (82%) dengan demikian terdapat pergeseran dari tahun ketahun dengan melihat kecenderungan ini, maka di prediksikan suatu saat nanti akan terjadi penimbangan jumlah pesantren antara kota dan desa.
Menarik juga klasifikasi yang diajukan oleh Wardi Bakhtiar tatkala membagi pesantren menjadi dua macam, dilihat dari macam pengetahuan yang diajarkan menurutnya (1990 : 22) dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Pesantren salafi, yaitu pesantren yang mengajarkan kitab-kitab klasik. Sistem madrasah diterapkan untuk mempermudah tekhnik pengajaran sebagai pengganti metode sorogan. Pada pesantren ini tidak diajarkan ilmu umum.
2. Pesantren khalafi, yaitu selain memberikan pengajaran kitab islam klasik juga membuka sistem sekolah umum dilingkungan dan dibawah tanggungjawab pesantren.
Pada tahap selanjutnya, pondok pesantren mulai menampakkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan islam yang mumpuni, yaitu didalamnya didirikan sekolah baik secara formal maupun nonformal. Akhir-akhir ini pondok pesantren mempunyai kecenderungan-kecenderungan baru dalam rangka renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan yaitu :
1. Mulai akrab dengan mitodologi ilmiyah modern
2. Semakin berorientasi pada pendidikan dan fungsional, artinya terbuka pada perkembangan diluar dirinya
3. Difersifikasi program dan kegiatan makinterbuka dan ketergantunganpun absolut dengan kiai, dan sekaligus dapat membekali para santri dengan berbagai pengetahuan diluar mata pelajaran agama maupun keterampilan yang diperlukan dilapangan kerja
4. Dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat.
Kecenderungan-kecenderungan tersebut bukan berarti pondok pesantren telah menduduki posisi sebagai lembaga yang paling elit, tetapi ditengah-tengah arus perubahan sosial-budaya justru kecenderungan tersebut menjadi masalah baru yang perlu dipecahkan yaitu :
1. Masalah integrasi pondok pesantren kedalam sistem pendidikan nasional.
2. Masalah pengembangan wawasan sosial, budaya, dan masalah ekonomi.
3. Masalah pengalaman kekuatan dengan pihak-pihak lain untuk mencari tujuan membentuk masyarakat ideal yang diinginkan.
4. Masalah berhubungan dengan keimanan dan keilmuan sepanjang yang dihayati pondok pesantren.
Dipihak lain, pondok pesantren kini mengalami transportasi kultur, sistem dan lainnya. Pondok pesantren yang dikenal dengan “Salafiah” kini telah berubah dengan menjadi “Khalafiah’. Tranformasi tersebut sebagai jawaban atas kritik-kritik yang diberikan kepada pesantren dalam arus tranformasa kini sehingga dalam sistem dan kultur pesantren terjadi perubahan yang drastis.
C. Kemampuan Pesantren Dalam Mengontrol Perubahan Nilai
Abdul Rahman Wahid, orang yang dianggap cukup mengetahui hal ikhwal pesantern, melaporkan Teori Geertz yang menurutnya kiai berperan sebagai penyaring arus informasi yang masuk kelingkungan kaum santri, menularkan apa yang dianggap berguna dan membangun apa yang dianggap merusak, teori ini menetapkan kiai sebagai filter nilai. Selanjutnya dikatakan bahwa peranan penyaring itu akan macet manakala arus imformasi yang masuk terlalu deras. Dalam keadaan demikian kiai akan peranannya dalam merekayasa budaya. Kiai juga ditemukan mempunyai peranan aktif selain meredam akibat perubahan yang dibawa arus informasi juga mempelopori terjadinya perubahan masyarakat menurut caranya sendiri.
Beberapa indikator pergeseran nilai yang dialami oleh pondok pesantren, diantaranya seperti dikemukakan oleh Dr. Mastuhu yaitu :
1.      Kiai bukan lagi satu-satunya sumber belajar
Dengan semakin beranekaragam sumber belajar baru, maka semakin tinggi dinamika komunikasi antara sistem pendidikan pondok pesantren dengan sistem yang lain.
2.      Seiring dengan pergeseran nilai dimaksud maka kebanyakan santri saat ini membutuhkan ijazah dan penguasaan bidang keahlian keterampilan yang jelas agar dapat mengantarkannya untuk menguasai dan memasuki lapangan kehidupan baru. Dalam kehidupan modern, kita tidak cukup hanya dengan berbekal moral yang baik, tetapi perlu dilengkapi dengan keahlian (skill) atau keterampilan yang relevan dan sinergis dengan kebutuhan dunia kerja.
Jadi jelaskan bahwa resistensi pesantren dalam globalisasi budaya dapat diyakini adanya, tetapi kerja sama dengan pihak luas pesantren sangat diperlukan.
D. Pendidikan di Pesantren dan Sumbangannya dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional.
Tujuan Pendidikan Nasional sebagimana tercantum di dalam pasal 4 UUSPN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Mastuhu, ada 10 prinsip yang berlaku pada pendidikan di pesantren. Kesepuluh prinsip itu menggambarkan kira-kira 10 dari utama tujuan pendidikan pesantren antara lain :
1.      Memiliki kebijaksanaan menurut ajaran islam
2.      Memiliki kebebasan yang terpimpin
3.      Berkemampuan mengatur diri sendiri
4.      Memiliki rasa kebersamaan yang tinggi
5.      Menghormati orang tua dan guru
6.      Cinta kepada ilmu
7.      Mandiri
8.      Kesederhanaan
E. Prediksi Tentang Pesantren Masa Depan
Apabila seluruh peserta kita anggap satu, maka kita akan memperoleh gambaran tentang masyarakat itu sendiri. Dalam islam ada tiga paradigma besar pengetahuan.
1. Paradigma sains, ini adalah suatu pengetahuan yang diperoleh dengan akal dan indra. Paradigma ini adalah paradigma logis empiris.
2. Paradigma logis, yaitu mencari pengetahuan pada objek-objek abstrak tetapi logis. Hasilnya ialah pengetahuan filsafat, pengetahuan filsafat itu logis tetapi tidak empiris.
3. Paradigma mistik, yaitu suatu cara memperoleh pengetahuan tentang objek abstrak suprelogis, dengan datu (rasa). Dengan paradigma ketiga inilah tasawuf itu diketahui dan dipahami.
Bila benar kelak pesantren mampu mengambil ketiga paradigma itu, maka nilai-nilai lama positif akan bertahan pada pesantren. Sementara nilai baru akan terseleksi, pesantren tidak akan gugup menghadapi arus globalisasi.

MADRASAH SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM---------------------------------------- 241
A. Pengertian Madrasah
Kata madrasah dalam bahasa Arab berarti tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran. Dalam bahasa Indonesia madrasah disebut dengan sekolah yang berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pengajaran.
Dari pengertian di atas maka jelaslah bahwa madrasah adalah wadah atau tempat belajar ilmu-imu keislaman dan ilmu pengetahuan keahlian lainnya yang berkembang pada zamannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa istilah madrasah bersumber dari Islam itu sendiri.

B. Sistem Pendidikan dan Pengajaran Di Madrasah
Sistem pengajaran yang digunakan di madrasah adalah perpaduan antara sistem pada pondok pesantren dengan sistem yang berlaku di sekolah-sekolah modern. Penilaian untuk kenaikan tingkat ditentukan dengan penguasaan terhadap sejumlah bidang pengajaran.tertentu.
Pada perkembangan selanjutnya sistem pondok mulai ditinggal, dan berdirilah madrasah-madrasah yang mengikuti sistem yang sama dengan sekolah-sekolah modern. Namun demikian pada tahap awal madrasah tersebut masih bersifat diniyah, di mana mata pelajaran hanya agama dengan penggunaan kitab-kitab bahasa arab.
Sebagai pengaruh dari ide-ide pembaharuan yang berkembang di dunia Islam dan kebangkitan bangsa Indonesia, sedikit demi sedikit pelajaran umum masuk ke dalam kurikulum madrasah. Buku-buku pelajaran agama mulai disusun khusus sesuai dengan tingkatan madrasah, sebagai halnya buku-buku pengetahuan umum yang belaku di sekolah-sekolah umum. Bahkan kemudian timbullah madrasah-madrasah yang mengikuti sistem perjenjangan dalam bentuk sekolah-sekolah modern, seperti Madrasah Ibtidaiyah untuk tingkat dasar, Madrasah Tsanawiyah untuk tingkat menengah pertama, dan adapula Kuliah Muallimin (pendidikan guru) yang disebut normal Islam.
Pada tahap selanjutnya penyesuaian tersebut semakin meningkat dan terpadu dengan baik sehingga sukar untuk dipisahkan dan dibedakan antara keduanya, kecuali madrasah yang langsung ditulis predikat Islamiyah. Kurikulum madrasah atau sekolah-sekolah agama, mempertahankan agama sebagai mata pelajaran pokok, walaupun dengan persentase yang berbeda. Pada waktu pemerintahan RI dalam hal ini oleh Kementerian Agama mulai mengadakan pembinaan dan pengembangan terhadap sistem pendidikan madrasah. Melalui Kementerian Agama, madrasah perlu menentukan kriteria madrasah. Kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Agama untuk madrasah-madrasah yang berada di dalam wewenangnya adalah harus memberikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok, paling sedikit enam jam seminggu.
Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sistem pendidikan dan pengajaran di madrasah merupakan perpaduan antara sistem yang berlaku di pondok pesantren dengan sistem yang berlaku di sekolah-sekolah modern.

C. Pembinaan dan Pengembangan Madrasah
Sejak timbulnya madrasah dan menjadikannya sebagai lembaga pendidikan yang mandiri, tanpa bimbingan dan bantuan pemerintah kolonial Belanda. Setelah Indonesia merdeka, madrasah dan pesantren mulai mendapatkan perhatian dan pembinaan dari pemerintah RI. UUD 1945 mengamanatkan, agar mengusahakan terbentuknya suatu sistem pendidikan dan pengajaran yang bersifat nasional yang diatur undang-undang.
Untuk melaksanakan amanat tersebut, BPKNIP (Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat) sebagai Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat pada masa itu, merumuskan pokok-pokok usaha pendidikan dan pengajaran yang terdiri dari 10 pasal. Pada pasal 5 (b) sebagaimana dikutip oleh Hasbullah, menetapkan bahwa “madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah suatu alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat akar dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, hendaknya juga mendapat perhatian dan bantuan materil dari pemerintah.
Dalam hal ini wewenang pembinaan dan pemberian bantuan dan tuntunan tersebut diserahkan kepada Kementerian Agama. Tujuan pembinaan dan bantuan adalah agar madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam berkembang secara terintegrasi dalam sistem pendidikan nasional, sebagaimana yang dikehendaki oleh UUD 1945.
Usaha integrasi tersebut ternyata tidak berjalan mudah. Sikap mandiri dan sikap non-kompromi dengan pemerintah pada masa sebelumnya, masih tetap berakar dalam masyarakat. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan madrasah tersebut dilaksanakan dengan penuh kebijaksanaan dan dilaksanakan secara bertahap.
Selanjutnya dalam rangka meningkatkan madrasah sesuai dengan sasaran BPKNIP agar madrasah dapat bantuan materil dan bimbingan dari pemerintah, maka kementerian agama mengeluarkan peraturan Menteri Agama No. I tahun 1952. Menurut ketentuan ini, yang dinamakan madrasah ialah “tempat pendidikan yang telah diatur sebagai sekolah dan memuat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok pengajarannya”.

TANTANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRANSFORMASI SOSIAL-BUDAYA       251
Transformasi sosial budaya berarti modifikasi dalam setiap aspek proses sosial budaya, pola sosial budaya, bentuk-bentuk sosial budaya. Perubahan ini bersifat progresif dan regresif, berencana atau tidak, permanen atau sementara,undirectional ataumultidirectional, menguntungkan atau merugikan. Menurut Gillin, perubahan sosial adalah perubahan bentuk- bentuk kehidupan yang telah ada yang terjadi karena kondisi geografis, alat-alat atau perlengkapan hidup manusia, komposisi pendidik dan ideologi (Vembriarto, 1988:8-9).

a. Bentuk- bentuk transformasi sosial budaya dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
1.      Evolusi sosial (sosial evolution), perkembangan gradual yaitu, perkembangan wajar karena adanya kerja sama yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya. Perubahan ini dibedakan atas:
a.       Evolusi kosmis (cosmis evolution), perubahan alami yang tumbuh berkembang, mundur lalu pudar.
b.      Evolusi organis (organic evolution), perubahan untuk mempertahankan diri dari kebutuhannya dalam lingkungan yang berkembang.
c.       Evolusi mental (mental evolution), suatu yang menyangkut perubahan pandangan dan sikap hidup.
2.      Gerakan sosial (social mobility) yaitu suatu keinginan akan perubahan yang diorganisasikan karena dorongan masyarakat ingin hidup dalam keadaan yang lebih baik dan lebih cocok dengan keinginannya.
3.      Revolusi sosial (social revolution) yaitu suatu perubahan paksaan yang umumnya didahului oleh ketidakpuasan yang menumpuk tanpa pemecahan dan analisis, sehingga jurang antara harapan dan pemenuhan kebutuhan menjadi semakin lebar tak terjembatani. Transformasi sosial budaya tidak hanya bersifat materil, seperti pembangunan gedung, tetapi juga bersifat moril seperti: perubahan gagasan, ide, pemikiran, cita-cita dan sebagainya.

b. Dalam kristal-kristal pemikiran Islam , terjadi tiga perubahan konsep utama, yaitu:
1.      Konsep westernisasi (mafhum at-taghribi), yaitu konsep yang menginginkan penyesuaian Islam dengan pemikiran dan peradaban Barat dalam berbagai aspeknya, mulai dari masalah akidah, sistem politik, ekonomi, sampai masalah moral. Gerakan Islamisasi ala Kamal attaturk , seperti adzan diganti dengan bahasa Turki adalah salah satu bentuk model ini. Fikrah pertama ini menurut Dr. Muhammad M.Husein menjadikan konflik pemikiran antar sesama umat Islam untuk membedakan mana sebenarnya antara yang Islami dan yangweter n (barat).
2.      Konsep modrenisasi (mafhum at-tajdiid), yaitu konsep yang ingin mengadakan pembaharuan-pembaharuan dalam pemahaman, penafsiran dan perumusan masalah- masalah keislaman, dengan pretensi ingin mengaktualisasikan Islam dalam kehidupan modern. Isu yang paling banyak dikemukakan adalah membuka kembali ijtihad selebar- lebarnya dan menggunakan potensi akal sebesar-besarnya. Liberalisme ijtihad ini semakin parah dan sampai menjalar kepada orang-orang tidak banyak mengerti tentang agama, tetapi berminat untuk ijtihad, sehingga ijtihad menjadi suatu mode tanpa standardisasi dan disiplin tertentu.
3.      Konsep reformasi (mafhum al-islahi). Konsep ini ingin memperbaharui Islam dengan Islam. Pemikiran model ini banyak macamnya dari yang paling kaku dan ekstrim seperti Ibnu Taimiyyah sampai yang moderat dan progresif seperti Muhammad Abduh (Tolchah Hasan, 1987: 103).

Fenomena-fenomena sosial tersebut selanjutnya menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan terutama pendidikan formal.
Bentuk tantangan yang dihadapi dalam pendidikan Islam adalah :
a.       Politik: kehidupan politik khususnya politik negara banyak berkaitan dengan masalah cara negara itu membimbing, mengarahkan dan mengembangkan kehidupan bangsa jangka panjang. Pengarahan tersebut didasarkan atas falsafah negara yang mengikat semua sektor. Pendidikan yang terdapat pada wilayah merupakan sektor kehidupan budaya bangsa yang mengikat (comitted) dengan tujuan perjuangan nasional yang berdasarkan falsafah negara. Suatu lembaga pendidikan yang tidak bersedia mengikuti politik negara, akan mendapatkan tekanan (pressure) terhadap cita-cita kelembagaan dari politik tersebut. Tantangan ini perlu segera dijawab secara politis fundamental.
b.      Kebudayaan : suatu perkembangan kebudayaan dalam abad modren saat ini tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayaan bangsa lain. Kondisi semacam ini menyebabkan proses akulturasi, yaitu faktor nilai yang mendasari kebudayaannya sendiri sangat menentukan ke-eksistensian kebudayaan tersebut. Nilai-nilai kultural bangsa melemahkarena berbagai sebab, bangsa akan mudah terperangkap oleh budaya lain , baik melalui jalan damai (penetration facific) maupun jalan kekerasan dan paksaan (imperatif provokatif). Dalam menghadapi hal yang tidak diinginkan, dibutuhkan sikap kreatif dan wawasan pengetahuan yang dapat menjangkau masa depan bagi eksistensi kebudayaan dan kehidupannya.
c.       Ilmu pengetahuan dan teknologi : teknologi sebagai ilmu terapan merupakan hasil kemajuan kebudayaan manusia yang banyak bergantung pada manusia yang menggunakanya. Apabila teknologi tersebut tidak diimbangi dengan nilai-nilai kemanusiaan, teknologi tersebut akan berdampak negatif bagi kehidupan manusia. Tantangan seperti ini menuntut agar lembaga pendidikan kita mampu mendasari teknologi tersebut dengan norma-norma agama sehingga hasil teknologi manusia berdampak positif bagi kehidupan.
d.      Ekonomi : ekonomi merupakan tulang punggung kehidupan bangsa yang dapat menentukan maju mundurnya, lemah-kuatnya, cepat atau lambatnya suatu proses pembudayaan bangsa. Perkembangan ekonomi banyak diwarnai oleh sistem pendidikan. Demikian juga sebaliknya, disini pendidikan dituntut untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat, sehingga diadakan “ ekonomi pendidikan” sebagai perencanaan pendidikam dalam sektor ekonomi.
e.       Masyarakat dan perubahan sosial : perubahan yang terjadi dalam sistem kehidupan sosial seringkali mengalami ketidakpastian tujuan serta tak terarah tujuan yang disepakati. Disinilah pendidikan sebagai pengarah yang rasional dan konstruktif, sehingga problem- problem sosial dapat dipecahkan mengingat lembaga pendidikan Islam sebagai lembaga kemasyarakatan yang berfungsi sebagai agent of social change.
f.        Sistem nilai : sistem nilai juga dijadikan sebagai tolok ukur bagi tingkah laku manusia dalam masyarakat yang mengandung potensi pengendali , mengatur dan mengarahkan perkembangan masyarakat, bahkan mengandung potensi rohaniah yang melestarikan eksistensi masyarakat. Akan tetapi , kini perubahan masyarakat cenderung untuk menghilangkan nilai tradisi yang ada. Apakah karena naluri manusia ingin mengharapkan hal-hal yang baru ataukah karena kekuatan yang mendesak (pressure power)? Hal ini yang menjadi titik sentral problema yang melahirkan tantangan terhadap lembaga pendidikan yang salah satu fungsinya adalah mengawetkan sistem nilai yang telah dikembangkan dalam masyarakat. (Arifin,1987: 41-45)
Tantangan lembaga pendidikan tersebut mengandung implikasi bahwa lembaga pendidikan Islam mempunyai peran ganda, yakni sebagai pewarisan budaya (agent of conservative), berperan sebagai pewaris budaya melalui pendidikan sistem nilai dan kepercayaan, pengetahuan dan norma-norma, serta adat kebiasaan dan berbagai perilaku tradisional yang telah membudaya diwariskan kepada satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan cara ini, kebudayaan dapat dilestarikan meskipun warga suatu masyarakat berganti- ganti, sedangkan kebudayaan dan sistem sosialnya tetap berlaku. Di pihak lain, lembaga pendidikan berperan sebagai agent of change”, yaitu adanya upaya untuk membuang unsur budaya lama yang dipandang tidak cocok lagi dan perlu memasukkan unsur budaya baru (Adiwikarya, 1988:58). Tegasnya lembaga pendidikan merupakan tempat sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai yang telah membudaya. Oleh karena itu penetapan kurikulum lembaga pendidikan dan tujuannya didasarkan atas nilai-nilai pengetahuan serta aspirasi dan pandangan hidup yang berlaku dan dihormati masyarakat. (Wuradji, 1988:26). Di pihak lain, implikasi transformasi sosial budaya menuntut lebih akrabnya lembaga-lembaga pendidikan dengan institusi-institusi lainnya. Semua itu merupakan mata rantai yang saling mendukung dan berkaitan dengan institusi pendidikan sebagai sentral terhadap institusi lainnya.


DAFTAR PUSTAKA-------------------------------------------------------------------------------------------------- 225
TENTANG PENULIS------------------------------------------------------------------------------------------------- 265

Tidak ada komentar:

Posting Komentar