Jumat, 02 Oktober 2015

The Definition and Varieties of Learning (Psikologi Pendidikan)


The Definition and Varieties of Learning

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Pada Mata Psikologi Pendidikan


Dosen :
Dr. Fenti Fatmawati, M.Si

Disusun oleh:
   Sandi Romadona
(2.215.3.081)


  






PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2015 M / 1436 H






KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Karena berkat taufik dan hidayahn makalah yang berjudul sejarah pendidika Islam pada masa Kulafaurasidin dapat selesai dan biasa dipersentasikan di tengah-tengah  kegiatan belajar. Shalawat dan  salam semoga senantiasa tercurahkan keharibaan junjungan nabi muhammad SAW. Yang telah mengeluarkan umat dari zaman kegelapan kenistaan kelemahan kelembah terang benderang dengan kemuliaan melalui dakwah dan pendidikan Islam  
Makalah Ini Disusun dengan berjtujuan untuk menyelesaikan tugas kelompok Pada Matakuliah psikologi pendidikan yang diampu oleh Ibu Dosen Dr Fenti Hikmawati, M.Si. Selaku dosen Pada Matakuliah Psikologi Pendidikan.
Harapan saya semoga Makalah ini biasa bermanfaat bagi kami  khusunya, dan Umumnya Bagi semua pembaca semoga bisa bermanfaat dan jadi bahan keilmuan dalam melaksanakan peroses pendidikan.
Makalah Ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki didalam dunia pendidika islam masih sangat kurang. Oleh karena itu diharapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan masukan yang bersifat membangaun untuk kesempurnaan makalah ini.     



Bandung,  September 2015


Penyusun




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................        i
DAFTAR ISI .................................................................................................................       ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................       1
A.    Latar Belakang Masalah...................................................................................       1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................................       1
C.     Tujuan Penulisan...............................................................................................       1
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................       3
A.  Definisi Belajar....................................................................................................      3
B.      Ragam Belajar.........................................................................................................    5
C.      Pengertian Model Pembelajaran ......................................................................       8
D.     Model – Model Belajar ..........................................................................................    9
BAB III SIMPULAN.....................................................................................................      23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................       24












BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang masalah
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan  yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Untuk memperjelas pertimbangan-pertimbangan psikologi pendidikan  yang melibatkan proses belajar mengajar ,berikut ini  diuraikan  tentang  pengertian belajar, ragam belajar serta model-model belajar
B.       Rumusan  Masalah
1.      Apa definisi dari belajar?
2.      Apa saja ragam belajar?
3.      Apa pengertian model belajar?
4.      Apa saja  model belajar ?
C.       Tujuan Penyusunan Makalah
Penulisan makalah ini memiliki tujuan:
1.      Untuk mengetahui definisi dari belajar
2.      Untuk memahami berbagai macam ragam belajar
3.      Untuk memahami pengertian dari model belajar
4.      Untuk mengetahui macam-macam model belajar
BAB II
 PEMBAHASAN

A.      Definisi belajar
Skiner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology the teaching-learning process, belajar  adalah  suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F Skimer percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat(reinforce)
Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan  pertama berbunyi belajar  adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif  menetap sebagai akibat latihan  dan  pengalaman. Rumusan kedua belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. Hintzman dalam bukunya menyatakan  belajar adalah suatu perubahan  yang terjadi didalam diri organisme (manusia dan hewan)  disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
With  menyatakan belajar  adalah  perubahan  yang relatif  menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, biasanya sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam Istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar, diantaranya:
1.      Relativel permanent, yang secara umum menetap.
2.      Response potentiality, kemampuan bereaksi
3.      Reinforce, yang diperkuat
4.      Practice, Praktek atau latihan
Muhibbin Syah dalam bukunya “Psikologi pendidikan”, mengemukakan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dari interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini perlu dikemukakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, dan jenuh tidak dipandang sebagai proses belajar. (Muhibbin Syah, 2010:90)
Menurut Nana Sujana belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri sesorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimanya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. (Nana Sujana, 2013:28)
Wasty Sumanto mengutip pendapat Howard L. Kingsley mengatakan belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Selain itu menurut James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. (Wasty Sumanto, 2012: 104)  
Dalam pandangan al-Ghazali, yang dikutip oleh Andewi Suhartini (2007: 586), keunggulan manusia mengenai pengetahuan, salah satunya terletak dari cara manusia memperolehnya, yaitu ada yang diperoleh melalui ilham dan mukasyafah dan ada yang diperoleh dengan cara belajar dan berpikir. Ilmu jenis pertama, diperoleh seseorang tanpa melalui usaha dan seseorang tidak tahu dari mana dan bagaimana cara ilmu tersebut berada dalam dirinya, sedangkan jenis ilmu yang kedua, diperoleh manusia dengan cara i’tibar (mengambil pelajaran) dan istibshar (melakukan pengkajian), cara yang kedua inilah yang kemudian disebut dengan belajar. Beberapa pengertian  dari para ahli lain  mengenai pengertian belajar diantaranya yaitu:
ü  Learning is the development of new associations as a result of experience (Good & Boophy, 1977).
ü  LEARNING is shown by a change in behavior as a result of experience (Cronbach, 1954, p. 47).
ü  LEARNING is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction (Spears, 1955, p. 94).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar yaitu suatu proses interaksi keadaan  internal dan proses kognitif siswa dengan mendapatkan stimulus dari lingkungan yang menjadikan perubahan pada diri seseorang kearah yang lebih baik, misalnya dari tidak bisa melakukan sesuatu menjadi bisa melakuakan sesuatu.
B.  Ragam Belajar
Dalam proses belajar dikenal  adanya bermacam-macam  kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya  ragam-ragam belajar baik dalam  aspek materi dan metodenya maupun dalam  aspek  tujuan dan  perubahan  tingkah  laku  yang diharapkan. Keanekaragaman  jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan  kebutuhan kehidupan manusia yang  juga bermacam-macam.



Berikut ini adalah beberapa ragam belajar, yaitu:
1)        Ragam Abstrak
Ragam belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat disamping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi, dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.
2)        Ragam Sosial
Ragam belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, persahabatan, kelompok, dan masalah lainnya yang bersifat kemasyarakatan. Selain itu, belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbvang dan proporsional.
3)        Ragam Pemecahan Masalah
Ragam belajar pemecahan masalah yaitu belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas
4)        Ragam Rasional
Ragam belajar Rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan rasional. Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah.
5)        Ragam keterampilan
Ragam belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular). Tujuannya adalah untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan secara intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk dalam belajar ini misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik dan juga sebagian bidang studi agama seperti ibadah shalat dan haji.
6)        Ragam Kebiasaan
Ragam belajar kebisaaan adalah proses pembentukan kebisaaan-kebisaaan baru atau perbaikan kebisaaan-kebisaaan yang telah ada. Belajar kebisaaan selain mengguanakan perintah, suri tauladan dan pengalaman khusus juga menggunakan ganjaran dan hukuman (reward & punishment). Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebisaaan-kebisaaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (konstektual) serta selaras dengan norma dan tata nilai yang berlaku, baik yang bersifat religious maupun yang bersifat kultural dan tradisional.
7)        Ragam Apresiasi
Ragam belajar apresiasi merupakan belajar mempertimbangkan (judgement) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skill) dimana dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu, misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, apresiasi lukisan, benda sejarah dan sebagainya. Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan (prakarya), kesenian, menggambar, dan sebagainya. Selain Bidang studi ini, bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat pengembangan belajar apresiasi siswa, misalnya dalam hal seni baca tulis Al-Qur’an.

8)        Ragam Pengetahuan
Ragam belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap obejek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasau materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang bisaanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan laboratorium atau penelitian lapangan.
C. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran sangat dekat dengan  pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran  mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi,  metode, dan teknik. Sedangkan istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan  perang atau dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan.
Istilah  “ model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran  yang luas dan  menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya.
Lebih lanjut  Ismail (2003) menyatakan  istilah Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : 
1.      Rasional Teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
2.      Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai,
3.      Tingkah Laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan
4.      Lingkungan belajar  yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah Model Pembelajaran. Jadi, model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
D. Model-Model Belajar
 Bruce Joys dan Marsha Weil (Gage and Barlinner, 1975:444-447)  telah mengelompokkan model-model belajar itu kedalam 4 kelompok yaitu:
1.        Model Pengolahan Informasi / Information Processing Orientation
Model pengolahan  informasi mencakup semua model mengajar yang titik beratnya mengembangkan kemampuan intelektual atau kognitif siswa dengan menggunakan  proses-proses deduktif, induktif, pemecahan masalah,dll
2.        Model Interakasi Sosial / Social–Interaction Orientation.
Model interaksi sosial mencakup berbagai model mengajar yang tujuannya diarahkan kepada kemampuan bekerjasama secara kooperatif dengan orang lain, disamping memajukan saling memahami dalam kehidupan suatu kelompok sosial satu sama lain.
3.        Model Personal – humanistik / Person Orientation
Model Personal mencakup model-model mengajar seperti yang dikembangkan oleh para penganut humanistik education. Sasarannya ialah untuk memberikan kesempatan perkembangan pribadi, kreativitas, dan  kehangatn atau semangat hidup setiap individu siswa yang bersangkutan
4.        Model modifikasi tingkah laku / Behavior-Modification Orientation
Model modifikasi mencakup berbagai metode mengajar yang ditujukkan  dan dititikberatkan pada perubahan-perubahan perilaku ke arah yang diharapkan guru (objectivies model orientation).
Tiap – tiap model  pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap – hadapan dengan guru. Pada model pembelajaran  kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.
a. Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung merupakan suatu  model pembelajaran dimana kegiatannya terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam implementasi kegiantan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan belajar siswa. Pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang di kontrol secara ketat pula.
Pembelajaran langsung pada umumnya dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar di pihak siswa berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) serta pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) yang terstruktur dengan baik yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Fokus utama dari pembelajaran ini adalah pelatihan – pelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Pengajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Disini guru menyampaikan isi akademik dalam format yang terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa dan menguji keterampilan siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi pada tugas – tugas yang diberikan pada siswa.
Ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
1. Adanya tujuan pembelajaran
Pembelajaran langsung ini menekankan tujuan pembelajaran yang harus berorientasi kepada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan).
2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung
Keberhasilan metode pembelajaran langsung memerlukan lingkungan yang baik untuk presentasi dan demonstrasi, yakni ruangan yang tenang dengan penerapan cukup, termasuk alat atau media yang sesuai. Di samping itu, metode pembelajaran langsung juga bergantung pada motivasi siswa yang memadai untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan mendengarkan segala sesuatu yang dikatakannya. Pada hakikatnya, pembelajaran langsung memerlukan kaidah yang mengatur bagaimana siswa yang suka berbicara, prosedur untuk menjamin tempo pembelajaran yang baik, strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatan siswa, dan untuk menanggulangi tingkah laku siswa yang menyimpang.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung
Secara umum  tiap-tiap model pembelajaran tentu terdapat kelebihan-kelebihan yang membuat model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran yang lainnya. Seperti halnya pada Model Direct Instruction atau model pembelajaran langsung pun mempunyai beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut:           
1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa
2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah
3.  Model Pembelajaran Direct Instruction menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara – cara ini. Dengan Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi, serta untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.       
4.  Model Pembelajaran Direct Instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan observasi. Dengan ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil – hasil dari suatu tugas dan bukan teknik – teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut
5. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
Selain memiliki kelebihan – kelebihan tersebut pembelajaran langsung juga memiliki kekurangan-kekurangan diantaranya sebagai berikut:
1.      Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa
2.      Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka
3.      Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat 
4.      Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif
5.      Jika model pembelajaran langsung  tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
b. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok – kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda – beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif memiliki unsur – unsur.  
Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif tersebut adalah :
1. Saling Ketergantungan Positif
Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Tiap siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa mendapat materi yang berbeda atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnya saling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan.
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual tersebut selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara otomatis siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda sesuai dengan  kemampuannya yang dimiliki setiap individu.

3. Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi dan ini juga akan lebih memudahkan siswa dalam belajar. 
4. Komunikasi antar Anggota Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi sengaja diajarkan dalam pembelajaran kooperatif ini. Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara – cara  berkomunikasi, karena tidak semua siswa mempuanyai keahlian mendengarkan dan berbicara.
5. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
c. Model pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem Based Instruction )
 Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual ; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan lain : realistis sesuai kehidupan manusia, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat inkuiri siswa, retensi konsep menjadi kuat, memupuk kemampuan memecahkan masalah. Keterbatasan model ini antara lain :
1.      Persiapan pembelajaran kompleks
2.      Sulit mencari problem yang relevan
3.      Terjadi miss konsepsi
4.      Memerlukan waktu yang lama
Kelebihan Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1.      Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2.      Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3.      Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4.      Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5.      Dapat mendorong siswa / mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
6.      Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan
7.      Dengan adanya pembelajaran berdasarkan masalah akan terjadi pembelajaran bermakna.
8.      Dalam situasi pembelajaran berdasarkan masalah, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9.      PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa / mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan  hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.



Langkah – langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
1.      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif dan kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
2.      Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3.      Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai  dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4.      Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5.      Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
d. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Pembelajaran kontekstual memiliki 5 elemen belajar yang konstrutivistik yaitu :
1.      Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
2.      Pemerolehan pengetahuam yang baru
3.      Pemahaman pengetahuan
4.      Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman
5.      Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut
Secara garis besar langkah – langkah penerapan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
1.      Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2.      Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3.      Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4.      Menciptakan masyarakat belajar / belajar berkelompok
5.      Menghasilkan model sebagai contoh pembelajaran
6.      Melakukan refleksi di akhir pertemuan
7.      Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Komponen-komponen dari CTL (Contextual Teaching and Learning) antara lain :
1.        Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (Constructivismadalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut pengembang filsafat konstruktivisme Mark Baldawin dan diperdalam oleh Jean Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hannya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.
Landasan pembelajaran ini adalah bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. Oleh karena itu guru harus memfasilitasi proses tersebut dengan :
o   Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
o   Memberi kesempatan siswa menemukan dan menetapkan idenya sendiri
o   Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2.        Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dalam model inquiry dapat dilakukan melalui beberapa langkah sistematis, yaitu:
a.         Merumuskan masalah.
b.         Mengajukan hipotesis.
c.         Mengumpulkan data.
d.        Menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan.
e.         Membuat kesimpulan.
Langkah – langkah kegiatan inquiri adalah sebagai berikut :
1.      Merumuskan masalah
2.       Mengamati atau melakukan observasi
3.      Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya
4.      Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru maupun audiens yang lain.

3. Bertanya (Quesrioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingin tahuan setiap individu. Sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
§  Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.
§  Mengecek pemahaman siswa
§  Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar
§  Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
§  Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang diinginkan.
§  Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri.
§  Menggali pemahaman siswa.
§  Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
§  Membangkitkan respon kepada siswa
   4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antarteman atau antarkelompok; yang sudah tahu memberi tahu kepada yang belum tahu atau yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya kepada orang lain. Inilah hakekat dari masyarakat belajar yaitu masyarakat yang saling membagi.
5. Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses modeling tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL sebab melalui modeling  siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoristis – abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. Guru atau ahli lain dapat menjadi model bagi siswa dalam belajar.
6.  Refleksi (Reflection)
Refleksi (Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang baru di terima. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses, sehingga refleksi diperlukan pada akhir proses. Realisasinya adalah :
·         Pernyataan langsung tentang apa – apa yang diperolehnya hari itu
·         Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu


7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.




BAB III
SIMPULAN
Belajar  yaitu suatu proses interaksi keadaan  internal dan proses kognitif siswa dengan mendapatkan stimulus dari lingkungan yang menjadikan perubahan pada diri seseorang kearah yang lebih baik, misalnya dari tidak bisa melakukan sesuatu menjadi bisa melakuakan sesuatu.
Dalam proses belajar dikenal  adanya bermacam-macam  kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya  ragam-ragam  belajar baik dalam  aspek materi dan metodenya maupun dalam  aspek  tujuan dan  perubahan  tingkah  laku  yang diharapkan
Ada beberapa ragam belajar diantaranya yaitu:
ü  Ragam Abstrak
ü  Ragam Sosial
ü  Ragam Pemecahan Masalah
ü  Ragam Rasional
ü  Ragam keterampilan
ü  Ragam Kebiasaan
ü  Ragam Apresiasi
ü  Ragam Pengetahuan
Dalam proses pembelajarn diperlukan adanya model-model pembelajaran, ada beberapa model belajar yang bisa diterapkan dalam dunia pendidikan diantaranya yaitu: Model Pengolahan Informasi / Information Processing Orientation, Model Interakasi Sosial / Social–Interaction Orientation, Model Personal – humanistik / Person Orientation, dan Model  modifikasi tingkah laku / Behavior-Modification Orientation
DAFTAR PUSTAKA
Abin, S. 2007. Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Budiningsih, C. Asri, DR. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Ferdian, Adi. 2013. Modul Belajar dan Pembelajaran. Palangkaraya: Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Sanjaya, Wina. 2010.  Strategi  Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima.
Trianto. 2007.  Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.  Jakarta: Prestasi Pustaka
Tim Dosen . 2015. Psikologi Pendidikan. Medan : Unimed Press





Tidak ada komentar:

Posting Komentar