The Definition
and Varieties of Learning
MAKALAH
Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas
Pada Mata
Psikologi Pendidikan
Dosen :
Dr. Fenti
Fatmawati, M.Si
Disusun oleh:
Sandi
Romadona
(2.215.3.081)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2015 M / 1436 H
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan
kehadirat Allah SWT, Karena berkat taufik dan hidayahn makalah yang berjudul
sejarah pendidika Islam pada masa Kulafaurasidin dapat selesai dan biasa dipersentasikan
di tengah-tengah kegiatan belajar.
Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan keharibaan junjungan nabi muhammad SAW. Yang telah mengeluarkan
umat dari zaman kegelapan kenistaan kelemahan kelembah terang benderang dengan
kemuliaan melalui dakwah dan pendidikan Islam
Makalah Ini Disusun dengan
berjtujuan untuk menyelesaikan tugas kelompok Pada Matakuliah psikologi
pendidikan yang diampu oleh Ibu Dosen Dr Fenti Hikmawati, M.Si. Selaku dosen
Pada Matakuliah Psikologi Pendidikan.
Harapan saya semoga Makalah ini
biasa bermanfaat bagi kami khusunya, dan
Umumnya Bagi semua pembaca semoga bisa bermanfaat dan jadi bahan keilmuan dalam
melaksanakan peroses pendidikan.
Makalah Ini masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang saya miliki didalam dunia pendidika islam
masih sangat kurang. Oleh karena itu diharapkan kepada pembaca untuk memberikan
masukan masukan yang bersifat membangaun untuk kesempurnaan makalah ini.
Bandung,
September 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A.
Latar Belakang
Masalah................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C.
Tujuan Penulisan............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Definisi Belajar.................................................................................................... 3
B.
Ragam Belajar......................................................................................................... 5
C.
Pengertian Model Pembelajaran ...................................................................... 8
D.
Model – Model Belajar
.......................................................................................... 9
BAB III SIMPULAN..................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses
pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Adanya kaitan
yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena
itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan
bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan
kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada
persoalan-persoalan yang berkenaan
dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Untuk memperjelas pertimbangan-pertimbangan psikologi pendidikan yang melibatkan proses belajar mengajar
,berikut ini diuraikan tentang
pengertian belajar, ragam belajar serta model-model belajar
B. Rumusan Masalah
1.
Apa definisi dari belajar?
2.
Apa saja ragam belajar?
3.
Apa pengertian model belajar?
4.
Apa
saja model belajar ?
C. Tujuan Penyusunan Makalah
Penulisan makalah ini
memiliki tujuan:
1.
Untuk mengetahui definisi dari belajar
2.
Untuk memahami berbagai macam ragam
belajar
3.
Untuk memahami pengertian dari model
belajar
4.
Untuk
mengetahui macam-macam model belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi belajar
Skiner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology the
teaching-learning process, belajar adalah
suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F
Skimer percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal
apabila ia diberi penguat(reinforce)
Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan.
Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang
relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman. Rumusan kedua belajar adalah proses memperoleh respon-respon
sebagai akibat adanya latihan khusus. Hintzman dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi didalam diri organisme (manusia
dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang
dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
With menyatakan belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Reber dalam kamus
susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi belajar
dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh
pengetahuan, biasanya sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua
belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai
hasil latihan yang diperbuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam Istilah yang
esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar, diantaranya:
1. Relativel permanent, yang secara umum
menetap.
2. Response potentiality, kemampuan bereaksi
3. Reinforce, yang diperkuat
4. Practice, Praktek atau latihan
Muhibbin Syah dalam bukunya “Psikologi pendidikan”, mengemukakan bahwa
belajar dapat dipahami sebagai tahapan seluruh tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dari interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini perlu dikemukakan
sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan,
keadaan gila, mabuk, dan jenuh tidak dipandang sebagai proses belajar.
(Muhibbin Syah, 2010:90)
Menurut Nana Sujana belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri sesorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya,
sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya
reaksinya, daya penerimanya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. (Nana
Sujana, 2013:28)
Wasty Sumanto mengutip pendapat Howard L. Kingsley mengatakan belajar
adalah proses dimana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah
melalui praktek atau latihan. Selain itu menurut James O. Wittaker, belajar
dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman. Belajar merupakan proses dasar dari
perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan
perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang.
(Wasty Sumanto, 2012: 104)
Dalam pandangan al-Ghazali, yang dikutip oleh Andewi Suhartini (2007: 586),
keunggulan manusia mengenai pengetahuan, salah satunya terletak dari cara
manusia memperolehnya, yaitu ada yang diperoleh melalui ilham dan mukasyafah
dan ada yang diperoleh dengan cara belajar dan berpikir. Ilmu jenis pertama,
diperoleh seseorang tanpa melalui usaha dan seseorang tidak tahu dari mana dan
bagaimana cara ilmu tersebut berada dalam dirinya, sedangkan jenis ilmu yang
kedua, diperoleh manusia dengan cara i’tibar (mengambil pelajaran) dan
istibshar (melakukan pengkajian), cara yang kedua inilah yang kemudian disebut
dengan belajar. Beberapa pengertian dari para ahli
lain mengenai pengertian belajar
diantaranya yaitu:
ü Learning is the development of new
associations as a result of experience (Good & Boophy, 1977).
ü LEARNING is shown by a change in behavior
as a result of experience (Cronbach, 1954, p. 47).
ü LEARNING is to observe, to read, to
imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction (Spears,
1955, p. 94).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar yaitu suatu proses
interaksi keadaan internal dan proses
kognitif siswa dengan mendapatkan stimulus dari lingkungan yang menjadikan
perubahan pada diri seseorang kearah yang lebih baik, misalnya dari tidak bisa
melakukan sesuatu menjadi bisa melakuakan sesuatu.
B. Ragam
Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda
antara yang satu dengan yang lainnya ragam-ragam
belajar baik dalam aspek materi dan
metodenya maupun dalam aspek tujuan dan
perubahan tingkah laku
yang diharapkan. Keanekaragaman
jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.
Berikut ini adalah
beberapa ragam belajar, yaitu:
1)
Ragam Abstrak
Ragam belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan
cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan
masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak
diperlukan peranan akal yang kuat disamping penguasaan atas prinsip, konsep,
dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia,
kosmografi, astronomi, dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.
2)
Ragam Sosial
Ragam belajar sosial pada dasarnya adalah belajar
memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut.
Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan
masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, persahabatan, kelompok, dan
masalah lainnya yang bersifat kemasyarakatan. Selain itu, belajar sosial juga
bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan
memberi peluang kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbvang
dan proporsional.
3)
Ragam Pemecahan Masalah
Ragam belajar pemecahan masalah yaitu belajar
menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis,
teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan
kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas
4)
Ragam Rasional
Ragam belajar Rasional ialah belajar dengan
menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan rasional. Tujuannya adalah
untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan
konsep-konsep. Jenis belajar ini erat kaitannya dengan belajar pemecahan
masalah.
5)
Ragam keterampilan
Ragam belajar keterampilan adalah belajar dengan
menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat
syaraf dan otot-otot (neuromuscular). Tujuannya adalah untuk memperoleh dan
menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan
secara intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk dalam belajar ini
misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda
elektronik dan juga sebagian bidang studi agama seperti ibadah shalat dan haji.
6)
Ragam Kebiasaan
Ragam belajar kebisaaan adalah proses pembentukan
kebisaaan-kebisaaan baru atau perbaikan kebisaaan-kebisaaan yang telah ada.
Belajar kebisaaan selain mengguanakan perintah, suri tauladan dan pengalaman
khusus juga menggunakan ganjaran dan hukuman (reward & punishment).
Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebisaaan-kebisaaan perbuatan
baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan
waktu (konstektual) serta selaras dengan norma dan tata nilai yang berlaku,
baik yang bersifat religious maupun yang bersifat kultural dan tradisional.
7)
Ragam Apresiasi
Ragam belajar apresiasi merupakan belajar
mempertimbangkan (judgement) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya
adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective
skill) dimana dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai
objek tertentu, misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, apresiasi lukisan,
benda sejarah dan sebagainya. Bidang-bidang studi yang dapat menunjang
tercapainya tujuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra, kerajinan
tangan (prakarya), kesenian, menggambar, dan sebagainya. Selain Bidang studi
ini, bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat
pengembangan belajar apresiasi siswa, misalnya dalam hal seni baca tulis
Al-Qur’an.
8)
Ragam Pengetahuan
Ragam belajar pengetahuan ialah belajar dengan
cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap obejek pengetahuan tertentu.
Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk
menguasau materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan
eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau
menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang bisaanya
lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan
menggunakan laboratorium atau penelitian lapangan.
C. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran sangat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan
dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih
luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik. Sedangkan istilah
“strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan perang atau dunia olah raga, namun demikian
makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau olahraga saja
akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan.
Menurut Ruseffendi (1980), Model Pembelajaran adalah sebagai suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa.
Istilah “ model pembelajaran” berbeda dengan strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model
pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir
dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen
yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan
oleh Bruce dan koleganya.
Lebih lanjut Ismail (2003) menyatakan istilah Model
pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau
metode tertentu yaitu :
1.
Rasional Teoritik yang
logis disusun oleh perancangnya,
2.
Tujuan Pembelajaran yang
akan dicapai,
3.
Tingkah Laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan
4.
Lingkungan belajar
yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang
dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah Model Pembelajaran. Jadi, model pembelajaran merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru.
D.
Model-Model Belajar
Bruce Joys dan Marsha
Weil (Gage and Barlinner, 1975:444-447)
telah mengelompokkan model-model belajar itu kedalam 4 kelompok yaitu:
1.
Model Pengolahan Informasi / Information
Processing Orientation
Model pengolahan
informasi mencakup semua model mengajar yang titik beratnya
mengembangkan kemampuan intelektual atau kognitif siswa dengan menggunakan proses-proses deduktif, induktif, pemecahan
masalah,dll
2.
Model Interakasi
Sosial / Social–Interaction Orientation.
Model interaksi sosial mencakup berbagai model mengajar yang
tujuannya diarahkan kepada kemampuan bekerjasama secara kooperatif dengan orang
lain, disamping memajukan saling memahami dalam kehidupan suatu kelompok sosial
satu sama lain.
3.
Model Personal –
humanistik / Person Orientation
Model Personal mencakup model-model mengajar seperti yang
dikembangkan oleh para penganut humanistik
education. Sasarannya ialah untuk memberikan kesempatan perkembangan
pribadi, kreativitas, dan kehangatn atau
semangat hidup setiap individu siswa yang bersangkutan
4.
Model modifikasi
tingkah laku / Behavior-Modification
Orientation
Model modifikasi mencakup berbagai metode mengajar yang
ditujukkan dan dititikberatkan pada
perubahan-perubahan perilaku ke arah yang diharapkan guru (objectivies model orientation).
Tiap – tiap model pembelajaran
membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda.
Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang
fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model
pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar
atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk
berhadap – hadapan dengan guru. Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama
lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan
memperhatikan guru.
a. Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran dimana kegiatannya
terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam implementasi
kegiantan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan
belajar siswa. Pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang di kontrol secara
ketat pula.
Pembelajaran langsung pada umumnya dirancang secara khusus untuk
mengembangkan aktivitas belajar di pihak siswa berkaitan dengan aspek
pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu)
serta pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta,
konsep, prinsip, atau generalisasi) yang terstruktur dengan baik yang dapat
dipelajari selangkah demi selangkah. Fokus utama dari pembelajaran ini adalah
pelatihan – pelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang sederhana
sampai yang lebih kompleks. Pengajaran langsung berpusat pada guru, tetapi
harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Disini guru menyampaikan isi
akademik dalam format yang terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa dan
menguji keterampilan siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan
guru. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi pada tugas – tugas
yang diberikan pada siswa.
Ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
1. Adanya tujuan pembelajaran
Pembelajaran langsung ini menekankan tujuan pembelajaran yang
harus berorientasi kepada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas
tentang situasi penilaian dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang
diharapkan (kriteria keberhasilan).
2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat
penting. Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan
atau praktek, dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk
menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung
Keberhasilan metode pembelajaran langsung memerlukan lingkungan
yang baik untuk presentasi dan demonstrasi, yakni ruangan yang tenang dengan
penerapan cukup, termasuk alat atau media yang sesuai. Di samping itu, metode
pembelajaran langsung juga bergantung pada motivasi siswa yang memadai untuk
mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan mendengarkan segala sesuatu yang
dikatakannya. Pada hakikatnya, pembelajaran langsung memerlukan kaidah yang
mengatur bagaimana siswa yang suka berbicara, prosedur untuk menjamin tempo
pembelajaran yang baik, strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatan
siswa, dan untuk menanggulangi tingkah laku siswa yang menyimpang.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung
Secara umum tiap-tiap
model pembelajaran tentu terdapat kelebihan-kelebihan yang membuat model
pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran
yang lainnya. Seperti halnya pada Model Direct Instruction atau model
pembelajaran langsung pun mempunyai beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut:
1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa
1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa
2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun
kecil
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah
3. Model Pembelajaran Direct Instruction menekankan
kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) sehingga membantu siswa yang cocok
belajar dengan cara – cara ini. Dengan Ceramah dapat bermanfaat untuk
menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak
memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi, serta untuk
menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa,
termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
4. Model Pembelajaran Direct Instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan observasi. Dengan ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil – hasil dari suatu tugas dan bukan teknik – teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut
4. Model Pembelajaran Direct Instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan observasi. Dengan ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil – hasil dari suatu tugas dan bukan teknik – teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut
5. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap
berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
Selain memiliki kelebihan – kelebihan tersebut pembelajaran
langsung juga memiliki kekurangan-kekurangan diantaranya sebagai berikut:
1.
Dalam model pembelajaran
langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan
awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa
2.
Karena siswa hanya
memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka
3.
Karena guru memainkan
peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung
pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri,
antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya,
dan pembelajaran mereka akan terhambat
4.
Model pembelajaran
langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk
cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran
langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi
positif
5.
Jika model pembelajaran
langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan
kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi
materi yang disampaikan.
b. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )
Model pembelajaran kooperatif merupakan
suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok – kelompok. Setiap
siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda – beda
(tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Model
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar
akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari
temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif memiliki
unsur – unsur.
Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif tersebut adalah :
1. Saling Ketergantungan Positif
Saling ketergantungan
positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa
saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Tiap
siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa mendapat materi yang
berbeda atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnya
saling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas tersebut
maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan.
2. Tanggung Jawab
Perseorangan
Pembelajaran kooperatif
juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
secara individual. Hasil penilaian individual tersebut selanjutnya disampaikan
guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui siapa
anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat
memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara
otomatis siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan tugas
tersebut karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda
sesuai dengan kemampuannya yang dimiliki setiap individu.
3. Interaksi Tatap
Muka
Interaksi tatap muka
menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka
dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama
siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa dapat saling menjadi
sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi dan ini juga akan lebih
memudahkan siswa dalam belajar.
4. Komunikasi antar Anggota Kelompok
Dalam pembelajaran
kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap
teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahan pikiran
logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang
bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi sengaja diajarkan dalam
pembelajaran kooperatif ini. Unsur
ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan
berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan
cara – cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa mempuanyai keahlian
mendengarkan dan berbicara.
5. Evaluasi Proses
Kelompok
Pengajar perlu
menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan
lebih efektif.
c. Model pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem Based Instruction )
Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu
siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan
intelektual ; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka
dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan lain : realistis sesuai kehidupan
manusia, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat inkuiri siswa,
retensi konsep menjadi kuat, memupuk kemampuan memecahkan masalah. Keterbatasan
model ini antara lain :
1.
Persiapan pembelajaran
kompleks
2.
Sulit mencari problem yang
relevan
3.
Terjadi miss konsepsi
4.
Memerlukan waktu yang lama
Kelebihan Pembelajaran Berdasarkan
Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1.
Mengembangkan pemikiran
kritis dan keterampilan kreatif
2.
Meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah
3.
Meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar
4.
Membantu siswa belajar
untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5.
Dapat mendorong siswa /
mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
6.
Mendorong kreativitas
siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan
7.
Dengan adanya pembelajaran
berdasarkan masalah akan terjadi pembelajaran bermakna.
8.
Dalam situasi pembelajaran
berdasarkan masalah, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9.
PBM dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa / mahasiswa dalam
bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Langkah – langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
1.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif dan
kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
2.
Guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut
3.
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai dan
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4.
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model
dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5.
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses
yang mereka gunakan.
d. Model Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil.
Pembelajaran kontekstual memiliki 5 elemen belajar yang
konstrutivistik yaitu :
1.
Pengaktifan pengetahuan
yang sudah ada
2.
Pemerolehan pengetahuam
yang baru
3.
Pemahaman pengetahuan
4.
Mempraktikkan pengetahuan
dan pengalaman
5.
Melakukan refleksi
terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut
Secara garis besar langkah – langkah penerapan pembelajaran
kontekstual adalah sebagai berikut:
1.
Mengembangkan pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2.
Melaksanakan sejauh
mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3.
Mengembangkan sifat ingin
tahu siswa dengan bertanya
4.
Menciptakan masyarakat
belajar / belajar berkelompok
5.
Menghasilkan model sebagai
contoh pembelajaran
6.
Melakukan refleksi di
akhir pertemuan
7.
Melakukan penilaian yang
sebenarnya dengan berbagai cara
Komponen-komponen dari CTL (Contextual Teaching and
Learning) antara lain :
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (Constructivism) adalah
proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman. Menurut pengembang filsafat konstruktivisme Mark
Baldawin dan diperdalam oleh Jean Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu
terbentuk bukan hannya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu
sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.
Landasan pembelajaran ini adalah bahwa siswa membangun pemahaman
mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima
pengetahuan. Oleh karena itu guru harus memfasilitasi proses tersebut dengan :
o Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
o Memberi kesempatan siswa menemukan dan menetapkan idenya sendiri
o Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran
didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara
sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan
tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dalam model inquiry dapat
dilakukan melalui beberapa langkah sistematis, yaitu:
a. Merumuskan
masalah.
b. Mengajukan
hipotesis.
c. Mengumpulkan
data.
d. Menguji
hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan.
e. Membuat
kesimpulan.
Langkah – langkah kegiatan inquiri adalah sebagai berikut :
1.
Merumuskan masalah
2.
Mengamati atau
melakukan observasi
3.
Menganalisis dan
menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya
4.
Mengkomunikasikan
atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru maupun audiens
yang lain.
3. Bertanya (Quesrioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingin tahuan setiap individu.
Sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna
untuk :
§ Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan
materi pelajaran.
§ Mengecek pemahaman siswa
§ Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar
§ Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
§ Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang diinginkan.
§ Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri.
§ Menggali pemahaman siswa.
§ Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
§ Membangkitkan respon kepada siswa
4. Masyarakat Belajar (Learning
Community)
Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam
CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan
orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam
kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara
alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain,
antarteman atau antarkelompok; yang sudah tahu memberi tahu kepada yang belum
tahu atau yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya kepada orang
lain. Inilah hakekat dari masyarakat belajar yaitu masyarakat yang saling
membagi.
5. Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan modeling adalah proses
pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh
setiap siswa. Proses modeling tidak sebatas dari guru saja,
akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki
kemampuan. Modeling merupakan
asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL sebab melalui modeling siswa dapat
terhindar dari pembelajaran yang teoristis – abstrak yang dapat memungkinkan
terjadinya verbalisme. Guru atau ahli lain dapat menjadi model bagi siswa dalam
belajar.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi (Reflection) adalah cara berpikir
tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang
sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
aktivitas, atau pengalaman yang baru di terima. Melalui proses refleksi,
pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada
akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan
yang bermakna diperoleh dari proses, sehingga refleksi diperlukan pada akhir
proses. Realisasinya adalah :
·
Pernyataan langsung
tentang apa – apa yang diperolehnya hari itu
·
Kesan dan saran siswa
mengenai pembelajaran hari itu
7. Penilaian
Nyata (Authentic Assessment)
Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah
proses yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa. Penilaian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman
belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik
intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara
terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara
terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu,
tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
BAB III
SIMPULAN
Belajar yaitu suatu proses interaksi keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan
mendapatkan stimulus dari lingkungan yang menjadikan perubahan pada diri
seseorang kearah yang lebih baik, misalnya dari tidak bisa melakukan sesuatu
menjadi bisa melakuakan sesuatu.
Dalam proses
belajar dikenal adanya
bermacam-macam kegiatan yang memiliki
corak yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya ragam-ragam
belajar baik dalam aspek materi
dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan
perubahan tingkah laku
yang diharapkan
Ada beberapa
ragam belajar diantaranya yaitu:
ü Ragam Abstrak
ü Ragam Sosial
ü Ragam Pemecahan Masalah
ü Ragam Rasional
ü Ragam keterampilan
ü Ragam Kebiasaan
ü Ragam Apresiasi
ü Ragam Pengetahuan
Dalam proses
pembelajarn diperlukan adanya model-model pembelajaran, ada beberapa model
belajar yang bisa diterapkan dalam dunia pendidikan diantaranya yaitu: Model Pengolahan Informasi / Information Processing Orientation, Model
Interakasi Sosial / Social–Interaction
Orientation, Model Personal –
humanistik / Person Orientation, dan Model modifikasi
tingkah laku / Behavior-Modification
Orientation
DAFTAR PUSTAKA
Abin, S. 2007. Psikologi
pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Budiningsih, C. Asri, DR. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta
Ferdian, Adi. 2013. Modul
Belajar dan Pembelajaran. Palangkaraya:
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima.
Trianto. 2007. Model –
Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka
Tim Dosen . 2015. Psikologi
Pendidikan. Medan : Unimed Press
•
•
Tidak ada komentar:
Posting Komentar